/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-12/ani1129.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-12/ani1129.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ Diagonal Select - Hello Kitty 2

Minggu, 20 November 2016

SKENARIO PEMBELAJARAN

Pengemasan Perangkat Skenario Pembelajaran (SP)
(Pertemuan Ke 13-14)
1.      Identitas Perguruan Tinggi
a.         Perguruan Tinggi      : Stikes Panrita Husada Bulukumba
b.         Fakultas                    : Kesehatan
c.         Prodi                         : DIII Kebidanan
2.      Identitas Mata Kuliah
a.       Nama Mata Kuliah   : Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir
b.      Kode Mata Kuliah    : BD 314
c.       Semester                   : Ganjil (III)
d.      Bobot SKS               : 5 (T:3, P:2)
3.      Dosen Pengampuh         : Jusmiati Syarif,S.ST
4.      Pelaksanaan Pembelajaran
a.       Hari                           : Jumat
b.      Kelas                         : A
c.       Pukul                         : 08.00-12.10 wita
5.      Mata Kuliah Prasyarat : Askeb Kehamilan
6.      Status Mata Kuliah        : Wajib
7.      Substansi kajian :
3.3.8          Asuhan Pada Bayi Segera Setelah Lahir
8.      Kompetensi Utama
3.3     menginterpretasikan data berdasarkan temuan dari anamnesis dan riwayat pemeriksaan secara akurat
a.          Kompetensi Dasar :
3.3.8        Menjelaskan asuhan pada bayi segera setelah lahir
b.         Indikator :
3.3.8.1       Menjelaskan adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus
3.3.8.2       Melakukan perawatan tali pusat
3.3.8.3       Melakukan penatalaksanaan tali pusat
3.3.8.4       Melakukan bounding attachment
3.3.8.6   Melakukan inisiasi menyusu dini
9.      Metode/ Model Pembelajaran
a.       Metode pembelajaran
Ceramah,tugas dan demonstrasi
b.      Model pebelajaran
1.      Pembelajaran langsung
2.      Pemecahan masalah
10.  Uraian Materi
BAB VIII
ASUHAN KEPADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
A.    Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus
Adaptasi fisiologi bayi baru lahir sangat penting bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya di luar uterus. Karena saat jam pertama kehidupan diluar rahim merupakan satu siklus kehidupan. Dengan demikian pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan menuju kemandirian yang fisiologis. Masa peralihan atau periode transisi ini sangat cepat, mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan pada bayi meliputi :
1.         Perubahan system pernafasan
Gambar 8.1 Sistem Pernafasan Bayi
Menurut meyles (2009).  Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba setelah pelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup. Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan menyebabkan paru matang, menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju duktus toraksis Adapun terdiri dari :
a.          Perkembangan paru-paru
        Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring, yang bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan brongkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah brongkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Ketidak matangan paru-paru terutama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan system kapiler paru-paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan awal adanya nafas.
Dua factor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi :
1)         Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim, yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2)         Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, merangsang masuknya udara paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernafasan, kardiovaskular, dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
b.         Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas
Upaya pernafasan bayi pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1)         Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2)         Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang, sekitar 30-34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan, alveoli tidak akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan energy ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa.
c.          Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan didalam paru-paru. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalina, sekitar sepertiga cairan ini dip eras keluar dari paru-paru. Dengan beberapa kali nafas pertama, udara memenuhi ruang trakea dan brongkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan didalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe serta darah, semua alveolus akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.
d.         Fungsi pernafasan dalam kaitannya dengan fungus kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan factor yang sangat penting dalam  mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Pengerutan pembuluh ini berate tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveilo, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan, yang memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru serta merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.





2.         Perubahan system sirkulasi darah
Gambar 8.2 Sirkulasi Darah Pada Bayi
Menurut Marmi dan Kukuh Rahardjo (2012),Aliran darah dari plasenta berhenti pada tali pusat diklem.Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkulasi bertekanan rendah.Karena paru-paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, maka paru-paru memerlukan aliran darah yang minimal.Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru-paru mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri yang disebut dengan foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.
Setalah lahir, darah bayi baru lahir akan melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua perubahan besar.
a.       Penutupan foramen ovale
b.      Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh darah. Ingat hukum yang menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerah-daerah yang mempunyai resistensi kecil. Jadi perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah.
Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Hal ini terutama penting kalau kita ingat bahwa sebagian besar kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan oksigen (aspiksia).
3.         Perubahan system termoregulasi ( pengaturan suhu tubuh)
Gambar 8.3 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
        Menurut Myles (2009), Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran, dengan suhu kamar bersalin 21°C yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu 37,7°C. Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat cairan amnion menguap dari kulit. Setiap mili liter penguapan tersebut memindahkan 560 kalori panas. Perbandingan antara area permukaan dan masa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas, khususnya dari kepala, yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis dan memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya perpindahan panas inti ke kullit, kemudian lingkungan, dan juga mempengaruhi pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui penguapan, kehilangan panas melalui konduksi saat bayi terpajan dengan permukaan dingin, dan melalui konveksi yang disebabkan oleh aliran udara dingin pada permukaan tubuh.
Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi kemudian masuk kelingkungan raung bersalin yang jaug lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tubuh tanpa menggil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapat diseluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh 100%.untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energy yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat di produksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semkain lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas bayi baru lahir.
4.            Perubahan system gastrointestinal

Gambar 8.4 Sistem Pencernaan Pada Bayi
Menurut Rohani (2011), Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflex gumoh dan reflex batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir  cukup bulan untuk menalan dan mencerna makanan masih terbatas. Hubungan antara esophagus bahwa dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurng dari 30 cc, untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Waktu pengosongan lambung adalah 2,5 sampai 3 jam, itulah sebebnya bayi memerlukan ASI sesering mungkin. Pada saat makanan masuk kelambung terjadilah gerakan paristaltik cepat. Bayi yang diberi ASI dapat bertinja 8-10  kali sehari atau paling sedikit2-3 kali sehari.
5.            Perubahan sistem metabolism
Gambar 8.5 Proses Di Mulainya Proses Metabolisme
Menurut Rohani (2011), Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut, maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI), penggunaan cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.
Untuk memfungsikan otak di butuhkan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan demikian tindakan penjepitan tali pusat memakai klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darah sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam ).
Koreksi penurungan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a.          Melalui penggunaan ASI ( bayi baru lahir harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir)
b.         Melalui penggunaan cadangan glikogen (glokogenesis)
c.          Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain, terutama lemak (glukoneogensis).
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencernah makanan dalam jumlah cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenealisis) hal ini terjadi jika bayi menyimpang glukosa sebagai glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpang glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir  kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang mengalami hipotermi saat lahir, yang mengakibatkan hipoksia, akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebab mengapa sangat penting menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam pertama, otak bayi dalam keadaan beresiko.
6.            Perubahan system kekebalan tubuh
Gambar 8.6 Proses Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri
Menurut Jane Ball (1999), Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit membran mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan.
System imunitas  bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi dan alergi. System imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut ini beberapa contoh kekebalan alami :
a.          Perlindungan oleh kulit dan membrane mukosa
b.         Fungsi saringan pernafasan
c.          Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
d.         Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh darah, yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi baru lahir, sel-sel darah ini masih belum matang sehingga belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secera efisien.
Jika bayi disuse ASI terutama kolostrum memberi bayi kekebalan pasif dalam bentuk laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim dan sekresi Ig A.
7.            Perubahan System Reproduksi
a.          Wanita
          Gambar 8.7 Sistem Reproduksi Wanita

        Menurut Rohani (2011), Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitive. Sel-sel ini komplemen lenkap ovarium yang matur karena terbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup bulan lahir. Korteks ovarium, yang terutama terdiri dari folikel primordial, membentuk bagian ovarium yang lebih tebal pada bayi baru lahir dari pada orang dewasa. Peningkatan kadar estrogen selama hamil, yang diikuti penurunan setelah lahir, mengakibatkan pengeluaran suatu cairan mukoid atau kadang-kadang, pengeluaran bercak darah melalui vagina. Pada bayi baru lahir cukup bulan labia mayora menutupi labia minora. Pada bayi premature klitoris menonjol dan labia minora kecil terbuka.
b.         Pria
      Gambar 8.8 Sistem Reproduksi Pada Laki-Laki
        Menurut Rohani (2011), Testis turun kedalam skrotum pada 90 % bayi lahir laki-laki. Preputium yang ketat sering kali di jumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup preputium dan tidak tertarik kebelakang selama 3 sampai 4 tahun.
8.            Perubahan Sistem Muskeletal
Gambar 8.9 Sistem Kerangka Tubuh
Menurut Rohani (2011), Otot sudah dalam keadaan lengkap setelah lahir, tetapi tumbuh melalui proses hipertropi. Tumpang tindih atau molase dapat terjadi pada waktu lahir karena tulang pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami osifikasi. Molase dapat menghilang beberapa hari setelah melahirkan. Ubun-ubun besar akan tetap terbuka sampai usia 18 bulan.
Pada bayi baru lahir, lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat lengkungan pada telapat kaki. Ekremitas harus simetris. Harus terdapat kuku jari tangan dan jari kaki. Garis telapak kaki dan tangan sudah terlihat.
9.            Perubahan Sistem Neurologi
Gambar 8.10 Sistem Syaraf
Menurut meyles (2009), Sistem persyarapan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat di prediksi selama priode bayi samapi awal masa kanak-kanak. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada usia kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir. Hal inilah yang mungkin jadi penyebab mengapa otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi. Fungsi tubuh dan respon-respon yang di berikan sebagian besar di lakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam midula spinalis.
System neurologi belum matang saat lahir. Reflex dapat menunjukkan normal dari integritas system syaraf dan system muskeletal.
Otak memerlukan glukosa sebagai sumber energy dan suplai oksigen dalam jumlah besar untuk proses metabolism yang adekuat. Kebutuhan yang besar ini menandakan diperlukannya kelancaran jalan nafas dan juga pengkaji kondisi-kondisi pernafasan yang membutuhkan oksigen. Kebutuhan akan glukosa perlu dipantau dengan cermat pada bayi baru lahir yang mengalami hipoglikemia.
10.        Perubahan Sistem Intergument

Gmabar 8.11 Sistem Kulit
Menurut Meyles (2009), Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi masih belum matang . epidermis dan Dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga melapisi  epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya hanya tipis saja pada tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa meningkatkan deskumasi kulit (pengelupasan ), verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir seringkali terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia. Bintik ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu, ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu dan menghilang
Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit berwatna merah dengan sedikit vernik keseosa. Sedangkan pada bayi premature  kulit tembus pandang dan banyak verniks. Verniks kaseosa berfungsi dengan dermis dan berfungsi sebagai pelindung. Pada saat lahir verniks tidak semua dihilangkan, karena diabsorbsi kulit bayi dan hilang dalam 24 jam. Kulit bayi sangat sensitive dan sangat mudah rusak. Bayi lahir tidak memerlukan bedak dan krim, karena zat-zat kimiadapat mempengaruhi PH kulit bayi.
B.     Merawat Tali Pusat
Gambar 8.12 Perawatan Tali Pusat
Menurut paisal (2008), Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat bayi setelah tali pusat dipotong atau sebelum puput. Sedangkan menurut Hidayat (2005), Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat  yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat merupakan tindakan keperawtan yang bertujuan untuk merawat tali pusat pada saat bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.
Nasihat untuk merawat tali pusat (1) Jangan membungkus punting tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apapun kepuntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu dan keluarga, (2) Mengoleskan alcohol atau povidon iodine masih diperkenalkan, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab, dan (3) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
(1)      Lipat popok bawah punting tali pusat
(2)      Jika punting tali pusat kotor, bersihkan dengan air DTT atau sabun dan segera keringkan dengan seksama dengan menggunakan kain bersih
(3)      Jelaskan pada ibu bahwa dia harus mencari bantuan ke petugas atau fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah, bernanah, dan berbau.
(4)      Jika pangkal tali pusat berdarah, merah meluas atau mengeluarkan nanah dan berbau, segera rujuk kefasilta yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.
C.    Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
        Menurut Rohani (2011), Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi, dikenal sebagai asuhan esensial neonatal yang meliputi :
1.      Persalinan bersih dan aman
Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang baku (standar) dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat
2.      Memulai/Inisiasi Pernafasan Spontan
Begitu bayi lahir segera lakukan inisiasi pernafsan spontan dengan melakukan penilaian sebagai berikut :
a.       Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara cepat dan tepat (0-30 detik)
b.      Evaluasi data yang terkumpul, buat diagnosis dan tentukan rencana untuk asuhan bayi baru lahir.
c.       Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan mempertimbangkan atau menayakaan 4 pertanyaan sebagi berikut :
1. Apakah  ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
2. Apakah bayi bernafas spontan?
3. Apakah tonus/kekuatn otot bayi cukup ?
4. Apakah bayi cukup bulan ?
Bila keempat pertanyaan tersebut jawabannya “YA” maka bayi dapat diberikan kepada ibunya untuk segera menciptakan hubungan emosional, kemudian dilakukan asuhan bayi baru lahir normal sebagi berikut :
a)Jaga kehangatan
b)      Bersihkan jalan nafas
c)Keringkan dan jaga kehangatan
d)     Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit
e)Lakukan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit bayi dengan kulit ibu
f)    Beri salep mata antibiotic tetrasiklin 1 % pada kedua mata
g)      Beri suntikan vitamin K 1 mg IM, dip aha kiri amterolateral setelah IMD
h)      Beri imunisasi hepatitis B 0,5 mL IM. Dipaha kanan antero lateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K
Bila salah satu atau lebih pertanyaan tersebut jawabannya ‘TIDAK” maka segera lakukan resusitasi awal bayi baru lahir.
3.      Stabilisasi temperature tubuh bayi/menjaga bayi tetap hangat
Gambar 8.13 Proses Kehilangan Suhu Tubuh Bayi
        Menurtu Rohani, dkk (2012), Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan. Suhu dingin menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
         Menurut Marissa(2012), Bayi mungkin mencoba untuk meningkatkan suhu tubuh  atau meningkatkan aktivitas motorik dengan merespons terhadap ketidaknyamanan karena suhu lingkungan lebih rendah. Menagis meningkatkan beban kerja, penyerapan suhu lingkungan lebih rendah, terutama pada bayi yang mengalami gangguan.
         Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperature tubuhnya sendiri secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segerah dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas beresiko tinggi jatuh sakit dan meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam lingkungan yang hangat. Bayi premature atau berat badan lahir rendah sangat rentang terhadapat terjadinya hipotermia.
a.       Mekanisme kehilangan panas
1)   Evaporasi
Yaitu cairan ketuban yang membasahi kulit bayi yang menguap, missal : BBL langsung dikeringkan dari air ketuban atau bayi cepat di mandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2)   Konduksi
Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin, missal : popok/celana basah yang tidak langsung diganti, meja, tempat tidur atau timbangan yang tempertaurnya lebih rendah dari tubuh bayi.
3)   Konveksi
Yaitu hilangnya pans tubuh bayi karena terpapar aliran udara dingin di sekeliling bayi, missal : BBL diletkkan dekat pintu/jendela terbuka, runagan AC atau kipas angin.
4)    Radiasi
Yaitu kehilangan panas terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu bayi ( walaupun tidak bersentahan secara langsung)
b.      Upaya untuk mencegah kehilangan panas
Cara mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi yaitu :
1)   Mengeringkat tubuh bayi secara seksama
2)   Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibut kekulit bayi
3)   Selimuti ibu dan bayi sertakan topi dikepala bayi
4)   Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5)   Jangan segera menimang atau memandikan bayi baru lahir (jangan memandikan bayi sebelum 6 jam pasca persalinan)
6)   Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
7)   Bayi jangan di bedong terlalu ketat. Hal itu menghambat pergerakan bayi.

c.       Pemberian ASI
Gambar 8.14 Pemberian ASI
Menurut Rohani (2011), Rangsangan isapan bayi pada putting susu ibu akan diteruskan oleh serabut saraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin. Hormone ini akan memicu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menghisap putting susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI yang dikeluarkan. Pada hari pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan putting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 ml ASI untuk tumbuh kembang bayi.
1)   Reflex laktasi
Dimasa laktasi terdapat 2 refleks pada ibu yaitu reflex prolaktin dan reflex oksitosin yang berperang dalam produksi ASI dan involusio uteri. Pada bayi terdapat 3 refleks yaitu :
a)      Reflex mencari putting susu (rooting reflex)
b)      Reflex menghisap (sucing reflex)
c)      Reflex menelang (reflex swallowing)




2)    Posisi menyusui
Gambar 8.14 Posisi Menyusui
         Posisi bayi saat menyusui sangat mentukan keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet putting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama baru pertama menyusu atau ibu muda.
Tanda posis bayi menyusu dengan baik :
a)      Dagu menyentuh payudara ibu
b)      Mulut terbuka lebar
c)      Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu
d)     Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya putting susu), lingkar areola atas terlihat lebih banyak di bandingkan areola bawah
e)      Lidah bayi menopangputting dan areola bagian bawah
f)       Bibir bawah bayi melengkung keluar
g)      Bayi menghisap kuat dan dalan secara perlahan-lahan dan kadang disertai dengan berhenti sesaat.




d.      Pencegahan infeksi
Gambar 8.15 Cara Mencuci Tangan
           Bayi baru lahir sangat rentang terhadap infeksi. Saat melakukan penagnan bayi baru lahir, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi sebagai berikut :
1)    Cuci tangan sebelum  dan sesudah melakukan kontak dengan  bayi
2)    Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan
3)    Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benag tali pusat didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet  penghisap, pakai yang bersih dan baru
4)   Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih
5)   Pastikan bahwa timbangan, pita ukur, thermometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaaan bersih.




e.       Pencegahan infeksi mata
Gambar 8.16 Pemberian Salep Mata
             Bayi bisa diberi ASI dan bertemu dengan ibu dan keluarganya sebelum mendapatkan tetes mata profilaktik (larutan perak nitrak 1 %) atau salep (salep tetrasiklin 1%). Tetes mata atau salep antibiotic tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam satu jam pertama kehidupannya.
Teknik pemberian profilasis mata :
1)   Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan, yakinkan mereka menjawab bahwa obat tersebut akan sangat menguntungkan bayinya
2)   Cuci tangan dengan air sabun dan air bersih yang mengalir
3)   Berikan salep atau tetes mata dalam satu gariis, mulai dari sudut medial mata (dekat hidung bayi) menuju sudut lateral mata ( dekat telinga bayi )
4)   Pastikan ujung mulut tabung salep atau penetes tidak menyentuh mata bayi
5)   Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan minta agar keluarganya tidak menghapus obat tersebut
f.       Pemberian vitamin K1
Gambar 8.17 Pemberian Imunisasi K1
         Semua bayi lahir harus mendapatkan vitamin K1 injeksi 1 mg IM setelah 1 jam kontak kulit ibu ke kulit bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
g.      Pemberian imunisasi
Gambar 8.18 Pemberian Imunisasi HB0
         Imunisasi hepatitis B bermanfat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi.imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian Vitamni K1, atau pada saat bayi berumur 2 jam. Selanjutnya hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OVP di berikan pada saat bayi berumur 24 jam atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya OVP diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali pada jdwal imunisasi berikutnya










D.    Bounding attachment
1.      Pengertian
Gambar 8.19 Proses Bounding Attachment
Menurut Perry (2002), Bounding adalah proses pembentukan atau membangun ikatan, sedangkan Attachment adalah suatu ikatan khusus yang yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tau dan bayi.
Menurut Bannet dan Brown, Bounding adalah terjadinya hubungan orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, sedangkan Attachment adalah pencurahan kasih sayang antara individu.
Menurut Nellson (1986), Bounding adalah dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, sedangkan Attachment adalah ikatan yang terjalin diantara individu yang meliputi pencurahan perhatian, yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan areksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setlah lahir sedangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
Bounding attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan postpartum.
2.      Prakondisi yang mempengaruhi ikatan
a.       Kesehatan emosional orang tua
b.      System dukungan social yang meliputi pasangan hidup, teman dan keluarga.
c.       Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalam member asuhan yang kompeten
d.      Kedekatan orang tua dengan bayi
e.       Kecocokan orang tua dengan bayi (termasuk keadaan, temperamen dan jenis kelamin)
3.      Tahapan bounding attachment
a.       Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh , berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal banyinya
b.      Bounding (keterkaitan)
c.       Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
4.      Elemen-element bounding attachment
a.       Sentuhan
Sentuhan, atau indra peraba di pakai secera ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
b.      Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.
c.       Suara
Saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Sedangkan bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.
d.      Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.

e.       Entraiment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, menganggkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdangsa mengikuti nada suara orang tuanya. Entraiment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi member umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
f.       Bioritme
Anak yang belum lahir ataau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan member kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan prilaku yang responsive. Hal ini dapat meningkatkan interaksi social dan kesempatan bayi untuk belajar.
g.      Kontak dini
Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting hubungan orang tua-anak. Namun menurut Klaus, kennel, ada berapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
1)   Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat
2)   Reflex menghisap dilakukan dini
3)   Pembentuk kekebalan aktif dimulai
4)   Mempercepat proses ikatan antara orang tuadan anak
5)   Body warm (kehangatan tubuh)
6)   Waktu pemberian kasih sayang
7)   Stimulasi hormonal
5.      Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment
a.       Menit pertama jam pertama
b.      Sentuhan orang tua pertama kali
c.       Adanya ikatan yang baik dan sistematis
d.      Terlibat proses persalinan
e.       Persiapan PNC sebelumnya
f.       Adaptasi
g.      Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu  dalam member kehangatan pada bayi, menurungkan rasa sakit ibu, serta member rasa nyaman.
h.      Fasilitas untuk kontak lebih lama
i.Perawatan maternitas khusus
j.Penekanan pada hal-hal postif
k.      Libatkan anggota keluarga lainnya
l.Informasi bertahap mengenal bounding attachment
6.      Dampak positif bounding attachment
a.       Bayi merasa di cintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social
b.      Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
c.       Hambtan bounding attachment
d.      Kurang support system
e.       Ibu dengan resiko
f.       Bayi dengan resiko
g.      Kehadiran bayi yang tidak diinginkan
E.     Inisiasi Menyusu Dini
1.      Pengertian
Gambar 8.20 Proses IMD
Menurut Nurtjahjo dan Paramita, IMD adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri menyusu dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin contact) antara kulit ibu dengan kulit bayinya.               
Menurut Roesli, 2008 Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir).
Inisiasi menyusu dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendirisegera setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam.
2.      Proses inisiasi menyusu dini
a.       Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong. Bayi langsung diletakkan didada si ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit. Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun jika bayi kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi naik 2 derajat dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turung 1 derajat.
b.      Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu pasti hanya akan menginjak-injak perut ibunya diatas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan perdarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi.
c.       Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan mencium tangannya, ternyata tangan sibayi sama dengan bau air ketuban.
d.      Setelah itu, si bayi akan mulai menremas-remas putting susu si ibu yang bertujuan untuk kegiatan ini tergantung juga si bayi itu
e.       Terakhir baru mulailah si ibu menyusu
3.      Manfaat inisiasi menyusu dini
a.       Bayi
1)      Mempertahankan suhu bayi tetap hangat
2)       Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak jantung
3)      Kolonisasi bacterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal
4)      Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan tenaga yang dipakai bayi.
5)      Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara ibu untuk mulai menyusu                                                                                                       
6)      Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh bayi
7)      Mempercepat pengeluaran mekonium (kotoran bayi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar  dari bayi karena meminum air ketuban )
8)      Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi kesulitan menyusu
9)      Membantu perkembangan persyarafan bayi
10)   Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi system kekebalan bayi
11)      Mencegah terlewatnya puncak reflex menghisap pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir.
b.         Ibu
1)      Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi
2)      Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi risiko perdarahan sesudah melahirkan
3)      Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi
4)      Mengurangi stress ibu stelah melahirkan.
11.  Kegiatan Pembelajaran
a.      Pendahuluan
Menyediakan media pembelajaran, melakukan aspersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
b.      Inti pebelajaran
1.         Menjelaskan adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus
2.         Melakukan perawatan tali pusat
3.         Melakukan penatalaksanaan tali pusat
4.         Melakukan bounding attachment
5.         Melakukan inisiasi menyusu dini
c.       Penutup
Menyimpulkan materi pelajaran, melakukan refleksi, memberikan tugas serta pesan moral dan menutup dengan salam
12.    Sumber Rujukan
Buku Utama
Ai Nurasiah, dkk, 2014. Asuhan persalinan normal bagi bidan. Bandung: refika aditama
Buku Anjuran
Rohani,dkk. 2011 Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika
13.     Media dan sumber belajar
a.       Media pembelajaran
LCD/Notebook, Bahan ajar, daftar tilik, phantom
b.      Sumber belajar
Ai Nurasia : 2014 Hal : 199-231
Rohani       : 2011 Hal 89-92\
14.     Assesmen
a.      Prosedur
1) penilaian proses dilakukan dengan lembar observasi/LMK
2) penilaian hasil, dengan bantuan tes hasil belajar dan lab/skil
b.   Instrument
      1) Daftar Tilik
      2) Esai tes
c.   Resitasi
      untuk kerja dan lab skill


                                                                                         Bulukumba, 20 Oktober 20116
                                                                                            Dosen penanggung jawab


                                                                                           JUSMIATI SYARIF, S.ST

Tidak ada komentar:

Posting Komentar