KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah atas segala rahmat
dan hidayahnya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dari dosen pembimbing
yang berjudul “HOMOSEKSUAL”. Makalah ini telah di sesuaikan dalam kurikulum
terbaru khususnya dalam pelajaran KESEHATAN REPRODUKSI yang merupakan salah
satu bahan ajar pada proses pembelajaran di akademi kebidanan untuk digunakan
oleh mahasiswa demi memperlancar proses perkulihan yang menambah wawasan.
Dalam makalah diuraikan tentang, sistem
legal dan legislasi. Olehnya itu saran dan kritik yang bersifat menbangun
sangat diharapkan demi penyempurnaan
penulisan pada masa yang akan datang.
Ucapan terimah kasih pada semua pihak
yang telah menbantu, baik secara langsung maupun tidak langsung,tak lupa pula
kita ucapkan terimah kasih kepada dosen pembingbing ibu RISMAWATI S.ST sebagai
pembinbing,serta para dosen yang senantiasa menberikan masukan sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat
menambah wawasan khususnya bagi para mahasiswa, dan dapat dijadikan salah satu
refrensi dalam mengikuti perkuliahan akademi kebidanan, sehingga dapat menambah
ilmu pengetahuan.
MAKASSAR, 20 SEPTEMBER 2016
JUSMIATI
SYARIF
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.............................................................................................
KATA
PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR
ISI...........................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar
Belakang.............................................................................................
B. Rumusan
Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB
II
PEMBAHASAN........................................................................................
A. Pengertian Homo
seksual…………………….............................................
B. Penyebab terjadinya
homoseksual……………………................................
C. Klasifikasi
Homoseksual…………..............................................................
D. Jenis – jenis homoseksual
berdasarkan orientasi seksual………………….
E. Perilaku seksual kaum
homoseksual……………………………………….
BAB
III
PENUTUP................................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
Kesehatan
Reproduksi merupakan salah satu kesehatan terpenting yang perlu menjadi
perhatian dalam bidang kesehatan. Kesehatan reproduksi mencakup didalamnya ilmu
mengenai kesehatan – kesehatan reproduksi baik laki – laki maupun perempuan.
Perlunya dipelajari mengenai kesehatan reproduksi ini sebagai pembelajaran dan
pengetahuan penting khususnya bagi para remaja yang mulai memasuki masa – masa
pubertas di mana organ - organ intim mulai berkembang dan tumbuh. Sehingga
remaja perlu mengetahui dan memahami sejak dini pentingnya kesehatan
reproduksi. Agar bisa mencapai alat reproduksi yang bersih dan sehat untuk aset
di masa depan nanti.
Kesehatan
Reproduksi menurut ICPD Kairo (1994) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi
dan prosesnya
Kesehatan
reproduksi dapat dikaitkan dengan perilaku seksual, Perilaku seksual adalah
perilaku yang berhubungan dengan fungsi-fungsi reproduksi atau perilaku yang
merangsang sensasi dalam reseptor-reseptor yang terletak pada atau disekitar
organ-organ reproduksi. Perilaku seksual seseorang juga dapat dipengaruhi oleh
hubungan seseorang dengan orang lain, oleh lingkungan dan kultur dimana
individu tersebut tunggal. namun saat ini banyak penyimpangan dari perilaku
seksual seperti homoseksual dan lesbian karena, homoseksual adalah ketertarikan
romantik dan seksual terhadap laki-laki sejenis sedangkan lesbian adalah Suatu
label yang diberikan kepada kaum wanita yang mempunyai ketertarikan seksual
kepada wanita yang lain.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Homo seksual ?
2. Apa Penyebab terjadinya homoseksual ?
3. Apa Klasifikasi Homoseksual ?
4. Apa Jenis – jenis homoseksual
berdasarkan orientasi seksual ?
5. Apa Perilaku seksual kaum
homoseksual ?
C.
Tujuan
1.
Umum
: Untuk memberikan pengetahuan dan informasi mengenai apa itu Homoseksual dan
Lesbian
2.
Khusus : Untuk memberikan pengetahuan dan Informasi mengenai
Penyimpangan seksual seperti homoseksual, khususnya terhadap mahasiswa
Kesehatan Masyarakat sehingga lebih menekankan terhadap bagaimana pencegahan
terhadap infeksi menular seksual akibat karna pnyimpangan perilaku seksual seperti homoseksual.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Homoseksual
Menurut
Katchadourian (1989) secara sederhana homoseksual didefinisikan sebagai atraksi
atau aktivitas seksual antara sesama jenis. Prefiks “homo” dalam homoseksual
berasal dari bahasa Yunani yang artinya “sama” bukan merujuk pada bahasa Latin homo yang berarti “laki-laki”.Dengan
demikian homoseksual diartikan sebagai hubungan seksual dengan sesame jenis,
bukan hubungan seksual dengan laki-laki. Seseorang dikatakan homoseksual
didasarkan pada perilaku, orientasi, identitas atau karena ketiga hal
tersebut.Homoseksual dipandang sebagai suatu kesatuan, yaitu klaster perilaku
dan karakteristik personal.Aktivitas seksual antar kaum homoseksual biasa
disebut dengan sodomy atau buggery yang pada dasarnya merujuk pada anal intercourse. Sebenarnya tidak ada
yang secara spesifik dilakukan oleh para homoseksual karena mereka melakukan
apa yang dilakukan oleh kelompok heteroseksual, seperti ciuman, sentuhan,
pelukan, breast stimulation, fellatio, oral seks, dan anal intercourse, kecuali melakukan vaginal intercourse.
Homoseksualitas
merupakan sebuah rasa ketertarikan secara perasaan dalam bentuk kasih sayang,
hubungan emosional baik secara erotis atau tidak , dimana ia bisa muncul secara
menonjol, ekspresif maupun secara ekslusif yang ditujukan terhadap orang-orang
berjenis kelamin sama. Homoseksualitas merupakan salah satu bentuk orientasi
seksual yang berbeda, tidak menyimpang serta mempunyai kesejajaran yang sama
dengan heteroseksualitas (Kadir,
2007). Fehr (1998) dalam Kadir (2007),
mencoba mengonsepsikan posisi seksual kaum homoseksual sebagai berikut : “Category membership is therefore an all or
none phenomenon, any instances that
meets criterion is a member ; all other are non member. Boundaries between
concept are this clearly defined. Because each member must posses the
particular set attributes that is the criterion of category inclusin, all
member have a full and equal degree of membership and therefore are equally
representative of the category”.
Homoseksualitas
mengacu pada interaksi seksual
dan/atau romantis antara pribadi yang
berjenis kelamin
sama. Kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim dan/atau hubungan sexual di
antara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak
mengidentifikasi diri merek sebagai gay
atau lesbian.
Homoseksualitas, sebagai suatu pengenal, pada umumnya dibandingkan dengan heteroseksualitas
dan biseksualitas.
Istilah gay adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk
kepada pria homoseks. Sedangkan Lesbian adalah suatu istilah tertentu
yang digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks (Kertbeny,
1990).Homoseksual dapat mengacu pada : a) orientasi seksual
yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain mempunyai kelamin
sejenis secara biologis atau identitas gender
yang sama, b) perilaku seksual
dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau
identitas gender, c) identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin
dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.
B.
Penyebab Terjadinya Homoseksual
Beberapa
teori yang lain menyebutkan, penyebab dari homoseksual adalah:
1. Psikodinamika
Charles Socarides
(dalam Tobing, 1987, p.54, dalam www.digilib.petra.ac.id) menerangkan adanya 5
tipe penyebab homoseksual, yaitu:
a.
Pre-oedipal, merupakan hasil
fiksasi perkembangan pada 0-3 tahun.
b.
Oediphal, timbulnya
homoseksual karena kegagalan dalam fase oedipus.
c.
Schizohomoseksuality,
schizoprenia dan
homoseksualitas yang terdapat pada satu orang.
d.
Situational
homosexual, terjadi karena situasi, misalnya
tidak adanya pasangan heteroseksual mengakibatkan seseorang melakukan aktivitas
seksual dengan sesama jenis.
e.
Variational homosexual, sebagai variasi
dari perilaku seksual seorang heteroseksual.
Sementara
itu Alien (1969, p.207) dalam www.digilib.petra.ac.id percaya bahwa homoseksualitas (pada
laki-laki) dapat disebabkan oleh empat hal:
a. Penolakan terhadap ibu
Afeksi
terhadap ibu (atau pengganti figur ibu) merupakan jembatan psikologis bagi
seorang anak laki-laki untuk memindahkan cinta yang didapat dari figur ibu kepada
figur wanita lain. Secara umum seseorang cenderung memindahkan emosi dari
orangtua (yang berbeda jenis kelaminnya) kepada pasangannya kelak. Seorang anak
yang secara tidak sadar memiliki kebencian kepada ibunya, atau yang tidak pemah mencintai ibunya, tidak mampu mentransfer
afeksi kepada wanita lain karena tidak pernah mengalami dan mempelajarinya.
b. Kelekatan berlebihan dengan ibu
Merupakan salah satu sisi dari oedipus
complex, yang secara umum terbentuk karena penolakan secara
"halus" kepada figur ayah. Hal ini dapat terjadi karena figur ayah
bagi anak tidak ada, disebabkan sang ayah meninggal sewaktu anak masih bayi, atau dipaksa oleh keadaan
untuk pergi jauh dari keluarganya. Anak laki-laki tidak memiliki contoh untuk
pembentukan kepribadiannya, tidak ada sosok maskulin untuk ditiru, sehingga
akan mengidentifikasi dirinya dengan ibunya. Mengidentifikasi diri seperti ibu
yang seorang wanita, semakin menumbuhkan sisi feminin dan diikuti rasa mampu
mencintai sesama laki-laki.
c. Permusuhan dengan ayah
Permusuhan dengan ayah juga
merupakan salah satu sisi dari Oedipus complex.Merupakan hal sangat umum
dalam penelitian mengenai homoseksualitas.Banyak ditemukan perilaku homoseksual
karena figur ayah adalah seseorang yang destruktif, seperti pecandu minuman
keras, brutal dan memperlakukan ibunya dengan buruk.Hal inilah yang membuat
seorang anak laki-laki dengan tanpa paksaan memilih mengidentifikasi dirinya
dengan figur yang lebih feminin.Pilihan menjadi individu yang lebih
feminin sangat dipengamhi oleh faktor-faktor ketidaksadaran individu.
d. Afeksi berlebihan terhadap ayah yang kurang
mampu berperan sebagai ayah
Seorang anak yang dibesarkan dalam
keluarga di mana sang ayah tidak mampu berperan sebagai ayah yang baik (tidak
mencerminkan sisi maskulin sama sekali), sehingga ditinggalkan istri, dapat
berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak menjadi seorang homoseksual.
Dalam beberapa kasus anak yang dibesarkan dengan figur ayah yang tidak maskulin
mungkin saja memperoleh informasi bahwa ibunya/wanita itu kejam, sehingga anak
semakin memuja ayahnya.Akibatnya secara tidak sadar anak mentransformasi
simbol-simbol obyek seksual wanita menjadi bentuk seksual laki-laki.Payudara
ditransformasikan dengan bentuk pantat dan penis, vagina diganti dengan anus
dan mulut. Hal inilah yang menyebabkan mengapa homoseksual laki-laki sering
melakukan oral sex.
2.
Biologik
Hormonal
Ellis pada tahun 1901 menyatakan bahwa ada/tidaknya
homoseksualitas adalah keadaan yang didapat seseorang sejak ia lahir, sehingga
menjadi homoseksual bukanlah sesuatu yang immoral, bahkan banyak homoseksual
yang memberi kontribusi menakjubkan dalam masyarakat (Robinson, 1976 dalam APA
n.d. Guidelines for psychoterapy with lesbians, gay and bisexual
clients.Facts about homosexuality and mental health). Aktivis gay mengklaim
bahwa kelompok ini menjadi homoseksual karena menurut mereka memang
"dilahirkan" untuk menjadi homoseksual, sehingga tidak bisa mengubah
maupun menghentikan dorongan dan perilaku homoseksualnya. Pada tahun 1992, Isay
yang merupakan anggota komite American Psychiatric Association untuk
masalah gay, lesbian, dan biseksual, mengemukakan pendapatnya bahwa penyebab
homoseksual adalah konstitusional (biologis, telah ada sejak lahir).
Berdasarkan kajian ilmiah, beberapa faktor penyebab orang
menjadi homoseksual (dalam Rianti, 2008), dapat dilihat dari :
a. Susunan Kromosom
Perbedaan homoseksual dan
heteroseksual dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang berbeda. Seorang
wanita akan mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom x dari ayah.
Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom y
dari ayah.Kromosom y adalah penentu seks pria.Jika terdapat kromosom y,
sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria.Seperti yang terjadi pada
pria penderita sindrom Klinefelter
yang memiliki tiga kromosom seks yaitu xxy.Dan hal ini dapat terjadi pada 1
diantara 700 kelahiran bayi.Misalnya pada pria yang mempunyai kromosom 48xxy.Orang tersebut
tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada
alat kelaminnya.
b. Ketidakseimbangan Hormon
Seorang pria
memiliki hormon testoteron, tetapi juga mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu estrogen
dan progesteron. Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit. Tetapi bila
seorang pria mempunyai kadar hormon esterogen dan progesteron yang cukup tinggi
pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual seorang
pria mendekati karakteristik wanita.
c. Struktur Otak
Struktur
otak pada straight females dan straight males serta gay
females dan gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan
dari straight males sangat jelas terpisah dengan membran yang cukup
tebal dan tegas. Straight females, otak antara
bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada gay males,
struktur otaknya sama dengan straight females, serta pada gay females
struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay females ini
biasa disebut lesbian.
d. Kelainan Susunan Syaraf
Berdasarkan hasil penelitian
terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi
prilaku seks heteroseksual maupun homoseksual.Kelainan susunan syaraf otak ini
disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.
3.
Pengaruh Budaya dan Life Style
a.
Pengaruh
Budaya
Aktivitas homoseksual lebih sedikit
terdapat pada kelompok orang-orang yang sangat memperdulikan agama, sebaliknya
aktivitas homoseksual banyak terdapat pada kelompok yang kurang memperdulikan
religiusitasnya.Pada tahun 198, Family Research Institute mengadakan
penelitian yang menunjukkan hasil bahwa individu yang dibesarkan dalam keluarga
yang kurang religius, memiliki kecenderungan 4 kali lebih besar terlibat
aktivitas homoseksual.Penelitian ini menyadarkan bahwa ketika seseorang percaya
bahwa homoseksual merupakan hal yang imoral maka mereka cenderung menghindari
perilaku tersebut.Faktor budaya merupakan faktor yang sulit dibuktikan
keterkaitannya dengan timbulnya perilaku homoseksual pada seseorang, karena
budaya masih terbagi dalam banyak bagian yang lebih kecil dan berbeda-beda
antara homoseksual satu dengan lainnya (Kinsey, 1998, p.111). Cameron juga
menjelaskan bahwa ada 4 faktor kategori terpenting mengenai penyebab
homoseksualitas (dalam What Causes Homosexual Desire and Can It Be Change?,n.d..
Family Research Institute, para. 3-6), yaitu:
1) Pengalaman Homoseksual
Pengalaman
homoseksual pada masa kanak-kanak, terutama apabila pengalaman tersebut
merupakan pengalaman pertama yang dilakukan
dengan orang dewasa termasuk kontak homoseksual bersama dengan orang
dewasa, khususnya dengan saudara. Ini disebabkan oleh pengaruh “jebakan” atau
sebaliknya karena “terjebak” dalam pengalaman seksual yang pertama kali.
Apabila seorang remaja, yang belum berpengalaman heteroseksual, sudah dihomoi
(dipaksa atau diperkosa oleh sejenisnya), ia akan sulit menilai kenikmatan
hubungan heteroseksual secara proposional. Pengalaman seksual pertama dengan
sejenisnya mendorong emosi erotiknya untuk mengulangi.Kasus Endy dapat menjadi
contoh bagaimana pengalaman seksual pertamanya dapat mempengaruhi perilaku
seksualnya.Keluguan Endy sebagai remaja dimanfaatkan Hengky yang sudah dianggap
sebagai kakaknya.Kasih sayang yang diberikan Hengky dengan sering memberikan
ciuman, elusan kepala atau mengusap wajah diartikan Endy sebagai ungkapan rasa
sayang seorang kakak.Namun, lama kelamaan Endy mulai sering diajak nonton BF
yang menjadikan Endy sering terangsang.Ditengah perasaan yang belum pernah
dialami sebelumnya, tiba-tiba Hengky memeluk Endy dan merebahkannya ke
ranjang.Seperti orang yang terhipnotis, akhirnya Endy tidak berdaya untuk
menolak atau berontak karena sungkan dan rasa hormatnya kepada Hengky yang
dianggapnya sebagai kakak.Sejak itu Endy mulai terpengaruh dan
sering melakukan hubungan seks dengan Hengky. Hubungan yang terjadi diantara
pasangan homoseksual tidak jarang dilatarbelakangi hubungan terstruktur senior
yunior, guru murid atau atasan bawahan. Pada hubungan seperti ini orang yang
mempunyai posisi sebagai senior atau atasan akan mempunyai power untuk memaksakan kehendak kepada bawahan.
b. Abnormalitas
keluarga
Termasuk didalamnya ibu yang dominan,
posesif atau ibu yang menolak kehadiran individu, ketiadaan figur ayah, jauh
atau ayah yang menolak kehadiran individu, orangtua yang memiliki kecenderungan
homoseksual, saudara yang memiliki kecenderungan homoseksual, terutama tipe
yang menganiaya saudara laki-laki/saudara perempuannya, kurangnya religiusitas
dalam lingkungan rumah. perceraian, yang seringkali mencetuskan masalah seksual
baik untuk anak-anak maupun untuk orang dewasa, orangtua yang memiliki model
peran gender modern. Artinya, adanya pergeseran peran sosial antara pria dan
wanita.Misalnya, suami banyak melakukan aktivitas domestik karena isteri
bekerja untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Pengakuan
homoseksualitas sebagai gaya hidup yang bisa diterima dalam lingkungan
keluarga.
c.
Pengalaman seksual yang tidak wajar
Terutama
pada masa kanak-kanak: masturbasi yang berlebihan, pengungkapan pornografi di
masa kanak-kanak, bagi anak perempuan, melakukan hubungan seksual dengan
laki-laki dewasa.
d. Pengaruh budaya
Penerimaan sosial terhadap sub-kultur
homoseksual, yang mengundang rasa ingin tahu dan mendorong
eksplorasi.Pendidikan seks yang mendukung homoseksualitas dan danya figur berkuasa
yang secara terbuka mengakui identitasnya sebagai homoseksual, toleransi sosial
dan hukum terhadap tindakan homoseksual, penggambaran homoseksualitas sebagai
perilaku yang normal dan/diinginkan.
b.
Life Style
Bila kita
lihat gaya hidup masyarakat dunia, khususnya Indonesia, tidak mengherankan bila
jumlah kaum homoseksualitas akan terus meningkat tiap tahunnya. Tuntutan karir
dan gaya hidup metropolitan telah memaksa para orang tua kehilangan waktu
dengan dengan anak-anaknya. Anak-anak pun mulai kehilangan figur bapak dan atau
ibu.Efektivitas “waktu keluarga” nampak sangat penting di sini.
C. Klasifikasi
homoseksual
Dalam ilmu psikologi, ada dua macam homoseksual yaitu :
1. Homoseksual
Egosintonik
Adalah seseorang homoseksual yang tidak merasa terganggu
oleh orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkan,
serta tidak ada desakan , dorongan atau berkeinginan untuk mengubah orientasi
seksualnya. Orang-orang homoseksual tipe ini mampu mencapai status pendidikan,
pekerjaan dan ekonomi sama tingginya dengan orang-orang yang bukan homoseksual.
Wanita homoseks dapat lebih mandiri, fleksibel, dominant, dapat mencukupi
kebutuhannya sendiri dan tenang.
Kelompok homsoseks ini tidak mengalami kecemasan dan
kesulitan psikologis lebih banyak daripada para heteroseks karena pada
hakikatnya mereka menerima dan tidak terganggu secara psikis dengan orientasi
seksual mereka sehingga mampu menjalankan fungsi social dan seksualnya secara
efektif.
2. Homoseksual
Egodistonik
Homoseks egodistonik adalah homoseks yang mengeluh dan
merasa terganggu akibat konflik psikis.Ia senantiasa tidak atau sedikit sekali
terangsang oleh lawan jenis dan hal itu menghambatnya untuk memulai dan
mempertahankan hubungan heteroseksual yang sebetulnya didambakannya. Secara
terus terang ia menyatakan bahwa dorongan homoseksualnya menyebabkan dia merasa
tidak disukai, cemas dan sedih. Konflik psikis tersebut menyebabkan
perasaan tidak bersalah, kesepian, malu, cemas dan depresi. Karenanya, homoseksual ini dianggap
sebagai gangguan psikoseksual.
D. Jenis
– jenis homoseksual berdasarkan orientasi seksual
Menurut
Bekert (1898) dalam Kadir (2007), menggolongkan orientasi homoseksual kedalam
kajian patologis medis yang disejajarkan dengan berbagai penyakit kejiwaan
lainnya seperti gangguan mental dan kegilaan.Kemudian Hirschfeld dan Havelock
Ellis mengembangkan teori ini. Dengan semakin berkembangnya analisa patologis
maka homoseksual juga masuk dalam klasifikasi gangguan psikoseksual lainnya
seperti kegemaran melihat kegiatan seks orang lain (voyeurisme), kesenangan melakukan seks dengan berbagai benda
sembari membayangkan wajah sang kekasih atau terobsesi dengan bagian-bagian
tertentu orang yang dicintai (kaki, tangan, rambut) atau barangnya (sapu
tangan, bikini) (fethisme), nafsu
yang berlebihan dalam melakukan hubungan seksual (satyriasis bagi laki-laki dan nymphomania
bagi perempuan), hobi dalam menggunnakan pakaian/segala sesuatu yang berkenaan
dengan lawan jenis (transvestitisme).
Alfred Kinsey, membagi orientasi seksual secara
positifistik, sebagai berikut :
nilai
|
Pernyataan
|
0
|
Heteroseksual ekslusif
|
1
|
Heteroseksual lebih menonjol (predominan),
homoseksualnya Cuma kadang-kadang
|
2
|
Heteroseksual predominan,
homoseksual lebih dari kadang-kadang
|
3
|
Heteroseksual dan homoseksual seimbang
|
4
|
Homoseksual predominan,
heteroseksual lebih dari kadang-kadang
|
5
|
Homoseksual predominan,
heteroseksual cuma kadang-kadang
|
6
|
Homoseksual ekslusif
|
Dari skala
tersebut dapat terbaca bahwa angka 0 mewakili heteroseksualitas, sedangkan
angka 6 mewakili homoseksualitas secara ekslusif.Pada angka 1 menggambarkan
orientasi heteroseksualitas yang lebih dominant, dimana kecendrungan
homoseksualhanya timbul secara kadang-kadang dan jarang.Sedangkan angka 5
menggambarkan orientasi homoseksualitas yang lebih dominant, dan kecendrungan
heteroseksual hanya timbuk secara kadang-kadang dan jarang. Angka 3
menggambarkan tarik menarik antara homoseksualitas dan heteroseksualitas yang
sama-sama kuat dan dominan. Dengan kata lain jenis ini termasuk pada tataran
biseksual.
Secara defenitif jika melihat pada dialektika antar
hetero-homoseks, maka perilaku kaum homoseks dapat dibagi ke dalam tujuh
bagian, yakni :
a.
Pertama, murni heteroseksual
b.
Kedua, lebih dominant heteroseksual, namun sekali waktu terdorong
melakukan tindakan homoseksual, hal ini tampak pada perilaku seksual sejenis di
penjara, dan beberapa kondektur bus atau sopir truk di jalur Pantura yang
melakukan oral seks atau hubungan anal dengan waria ketika uang mereka mulai
menipis (harga kencan dengan waria terkadang setengah atau lebih murah dari
harga PSK perempuan). Pola serta aktivitas homoseksual ini lebih bersifat
situasional tergantung ruang dan waktu.
c.
Ketiga, lebih dominant heteroseksual,
namun juga sering melakukan tindakan homoseksual.
d.
Empat, perilaku heteroseksual dan
homoseksual seimbang. Ketertarikan yang seimbang ini biasa disebut juga sebagai
biseksual, istilah ini merupakan rujukan keadaan perilaku psikoseksual yang
menempatkan dua jenis kelamin sebagai objek seksual dalam ambivalensi
yang seolah seimbang. Pelaku biseksual dapat mengalami perangsangan erotik baik
dari laki-laki maupun perempuan, sehingga kaum biseksualdapat melakukan
hubungan intim dengan pasangan laki-laki atau perempuan.
e.
lima, lebih
dominant homoseksual, namun juga sering kearah heteroseksual.
f.
Enam, lebih dominan
homoseksual, sekali waktu heteroseksual.
g.
Tujuh, murni homoseksual
Idealnya
identitas seksual kita selaras dengan orientasi dan perilaku seksual
kita.Tahap-tahap pembentukan identitas memberi kerangka untuk membantu
pemahaman. Orang akan berkembang melalui tahap-tahap ini pada waktu yang
berbeda-beda. Sebagian akan tetap pada tahap tertentu, sementara yang lain akan
kembali ke tahap-tahap sebelumnya.
Menurut
Sigit (2007), seorang homoseks mempunyai tahap-tahap perkembangan identitas,
yaitu :
a. Kebingungan Identitas
Membuka
diri bermula ketika individu menjadi sadar bahwa pikiran, perasaan dan
perilakunya bertentangan dengan cara bagaimana ia diajarkan untuk memandang
dirinya (sebagai heteroseks). Perasaannya yang baru dapat disebut homoseks atau
biseks.Dia mulai memandang homoseksualitasnya relevan secara pribadi.Karena
perasaanya bertentangan dengan identitas yang dibayangkan sebelumnya, dia akan
mengalami keresahan dan kebingungan. “Siapa diriku”. Merasa dikucilkan dan
meragukan diri sendiri. Apabila ia mulai menerima perasaan baru pada dirinya,
maka ia akan mencari informasi. Namun bila tidak identitas negatif atau penuh benci
diri mulai berkembang.
b. Perbandingan Identitas
Sembari
mulai menerima homoseksualitasnya, individu ini menyadari perbedaan antara
dirinya dengan orang lain. Dia akan merasa hilang dan kesepian sementara semua
harapannya tentang perilaku dan masa depan. Muncul pertanyaan “masuk kemana aku
ini”.Seringkali homoseks disamakan dengan seks yang menyimpang, penyakit
kejiwaan dan lain-lain.Oleh karenanya mereka mulai berpikir soal bergaul dengan
orang-orang homoseks lainnya.
c. Toleransi Identitas
Penerimaan
individu terhadap homoseksualitasnya yang membawa dua konsekuensi :
1) Kebingungan dan keresahan berkurang,
sehingga ia dapat mengakui keperluan social, seksual dan emosinya.
2) Perbedaan antara bagaimana ia
memandang dirinya dan bagaimana orang lain memandang dirinya bertambah.
3) Penerimaan Identitas
Individu dapat memandang dirinya
sebagai homoseksual secara positif.Pergaulan dengan orang-orang homoseks
memberinya kesempatan untuk mengembangkan kelompok/partner namun identitas diri
sebagai homoseks belum diketahui umum.Hubungan dengan keluarga dapat menjadi
jelas sementara individu kian yakin akan identitasnya.
4) Kebanggaan Identitas
Adanya pertentangan antara komitmen
pada dirinya sendiri serta orang-orang homoseks lainnya dengan penolakan
masyarakat terhadap homoseksualitas.Hal ini dapat mengakibatkan suatu perasaan
kebanggaan.Dia dapat mengembangkan suatu komitmen yang kuat terhadap budaya dan
komonitas homoseks serta suatu amarah terhadap penolakan masyarakat.
5) Sintesis Identitas
Pergaulan homoseks menjadi lebih
luas dan terbuka ke masyarakat. Pada tahap ini identitas menjadi terintegrasi
dengan semua aspek dirinya yang lain. Homoseks dianggap bukanlah suatu
persoalan dalam hal bagaimana ia melanjutkan hidupnya.
E.
Perilaku seksual kaum homoseksual
1. Kebutuhan Seksual Kaum Homoseksual
Seks dalam arti yang luas merupakan
energi psikis yang turut mendorong manusia untuk bertingkah laku dalam relasi
seksual maupun aktivitas non seksual.Akibatnya, seks menjadi sebuah mekanisme
bagi manusia agar mampu mendapatkan keturunan.Bagi seorang homoseks, dorongan
seks yang sifatnya erotik dipuaskan melalui hubungan seks dengan relasi
sejenisnya. Bagi yang memiliki pasangan tetap, kebutuhan seksual dapat
dilakukan kapanpun tanpa melalui proses mencari pasangan kencan atau transaksi.
Sebaliknya, kaum homoseks yang belum mempunyai pasagan tetap untuk memenuhi
kebutuhan seksualnya harus melalui proses pencarian terlebih dahulu, padahal
kebutuhan seksualnya bisa muncul secara tiba-tiba.
Seperti layaknya manusia normal,
secara batiniah kepuasan seksual tidak selamanya dilakukan dengan hubungan
seks.Lebih dari itu, rasa sayang, rasa mencintai, rasa aman, dan rasa
sependeritaan merupakan hal yang juga harus dipuaskan.Pemenuhan kebutuhan ini
dapat dilakukan jika mereka mempunyai pasangan hidup.Bagi kaum homoseks
pasangan hidup yang diperoleh bisa dua macam, yaitu pasangan hidup yang memang
sudah gay, atau pasangan hidup yang awalnya adalah lelaki normal.
Laki-laki yang homoseksual mempunyai
peran yang berbeda dalam kegiatan seksualnya, yaitu : 1) Laki-laki yang
senantiasa berlaku memasukkan (insertif) penis nya ke dalam anal pasangan
seksnya, 2) Laki-laki yang senantiasa berlaku menerima pemasukan (reseptif)
penis pasangannya ke dalam anusnya, 3) Laki-laki yang tidak melakukan anal seks
tetapi saling melakukan oral seks dan masturbasi (timbal balik melakukan seks
oral dan masturbasi, dan 4) Laki-laki yang melakukan peran dan kegiatan berbeda
pada masa yang berbeda dalam hidupnya.
2.
Bentuk
Perilaku Seks Aman Kaum Homoseksual
Untuk menciptakan perilaku seks yang
aman, cara yang dipilih oleh komunitas homoseksual di Surabaya adalah :
a. Mengurangi jumlah pasangan
Meminimalkan jumlah pasangan dan
jeli dalam memilih pasangan merupakan cara-cara yang ditempuh kaum homoseks
untuk mengurangi risiko tertular PMS.
b. Menghindari melakukan hubungan anal seks
Aktivitas seksual yang dilakukan, terutama terhadap pasangan
yang baru dikenal, berkisar pada ciuman basah, merancap dan oral
seks.Bentuk-bentuk aktivitas seksual seperti itu dianggap cukup aman untuk
mereka.Anal seks hanya dilakukan dengan pasangan tetap atau dengan pasangan
yang sudah berhubungan cukup mendalam dan mantap.
c. Memakai kondom
Ada sebagian
kaum homoseks yang sangat berhati-hati. Meski dorongan seksnya sudah
menggebu-gebu, bila tidak ada kondom, ia tidak berani melakukannya. Kebiasaan
yang dilakukan homoseks, ia tidak akan puas hanya dengan saling mencumbu,
merancap atau oral seks. Ia baru akan terpuaskan apabila melakukan anal seks,
namun bentuk ini cukup berbahaya, terutama jika dilakukan bukan dengan pasangan
tetapnya.
d. Sumber Informasi
Perilaku Seks Aman
Informasi yang berkaitan dengan
seksualitas dikalangan kaum homoseksual umumnya diperoleh dari teman. Hal ini
wajar mengingat dorongan seksual muncul pada kurun usia reproduktif, yang pada
usia tersebut seseorang lebih terikat pada kelompoknya daripada keluarganya.
A.
kesimpulan
Homoseksualitas
merupakan sebuah rasa ketertarikan secara perasaan dalam bentuk kasih sayang,
hubungan emosional baik secara erotis atau tidak, dimana ia bisa muncul secara
menonjol, ekspresif maupun secara ekslusif yang ditujukan terhadap orang-orang
berjenis kelamin sama.
B. Saran
Muda-mudahan
dalam penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi
penulis khususnya. Dan dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak
kesalahan dan kekeliruan, maka dari itu kami selaku penulis mohon saran dan
masukanya, karena dengan saran dan masukan itu akan menjadikan penulisan
makalah selanjutnya akan semakin baik dan sesuai dengan EYD yang diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/seksualitas-undip.pdf Di Akses pada 21 september 2016
17.00
Alimi, M.Y., (2004), Dekonstruksi Sensualitas PosKolonial dari Wacana Bangsa
Hingga Wacana Agama, Penerbit LKIS, Yogyakarta.
Budiridwin,AncamanPerilakuHomoseksual,http://budiridwin.wordpress.com/2008/03/05/ancaman-perilaku-homoseksual-copy-dari-wwwinilahcom/
Feray, Jean-Claude, Herzer, Manfred., (1990), Homosexual Studies and Politics in
the 19th Century: Karl Maria Kertbeny, Journal of Homosexuality dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas.
Handoyo, H, (2007), Gay Pride: Homoseksual Dipicu Lingkungan dan
Gaya Hidup, http://netsains.com/2007/07/gay-pride-homoseksual-dipicu-lingkungan-dan-gaya-hidup/
Kadir, A.H., (2007), Tangan Kuasa Dalam Kelamin ; Telaah Homoseks,
Pekerja Seks dan Seks Bebas di Indonesia, INSISTPress, Yogyakarta.
Puspitosari, H., Pujileksono, S., (2005), WARIA dan Tekanan
Sosial, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang.
Rianti, D., (2007), Homoseksual Tinjauan Dari Perspektif Ilmiah, http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/homoseksual_tinjauan_dari_perspektif_ilmiah/
Sigit, S., (2007),
Homologi, Penerbit GAYa NUSANTARA; Surabaya.
Oetomo, D. (2001), Memberi
Suara Pada Yang Bisu, Galang Press; Yogyakarta.
klik disini untuk melihat pawerpoin
http://www.4shared.com/file/LHKWfsWSce/HOMOSEKSUAL.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar