/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-12/ani1129.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/anime/ani-12/ani1129.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ Diagonal Select - Hello Kitty 2

Minggu, 20 November 2016

HOMOSEKSUAL



KATA PENGANTAR
      Segala puji bagi allah atas segala rahmat dan hidayahnya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dari dosen pembimbing yang berjudul “HOMOSEKSUAL”. Makalah  ini telah di sesuaikan dalam kurikulum terbaru khususnya dalam pelajaran KESEHATAN REPRODUKSI yang merupakan salah satu bahan ajar pada proses pembelajaran di akademi kebidanan untuk digunakan oleh mahasiswa demi memperlancar proses perkulihan yang menambah wawasan.
     Dalam makalah diuraikan tentang, sistem legal dan legislasi. Olehnya itu saran dan kritik yang bersifat menbangun sangat diharapkan  demi penyempurnaan penulisan pada masa yang akan datang.
      Ucapan terimah kasih pada semua pihak yang telah menbantu, baik secara langsung maupun tidak langsung,tak lupa pula kita ucapkan terimah kasih kepada dosen pembingbing ibu RISMAWATI S.ST sebagai pembinbing,serta para dosen yang senantiasa menberikan masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
     Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan khususnya bagi para mahasiswa, dan dapat dijadikan salah satu refrensi dalam mengikuti perkuliahan akademi kebidanan, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan.
MAKASSAR, 20 SEPTEMBER 2016
                                                                        JUSMIATI SYARIF
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A.    Latar Belakang.............................................................................................
B.     Rumusan Masalah........................................................................................
C.     Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
A.    Pengertian Homo seksual…………………….............................................
B.     Penyebab terjadinya homoseksual……………………................................
C.     Klasifikasi Homoseksual…………..............................................................
D.    Jenis – jenis homoseksual berdasarkan orientasi seksual………………….
E.     Perilaku seksual kaum homoseksual……………………………………….
BAB III PENUTUP................................................................................................
A.    Kesimpulan..................................................................................................
B.     Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
A.       Latar Belakang
Kesehatan Reproduksi merupakan salah satu kesehatan terpenting yang perlu menjadi perhatian dalam bidang kesehatan. Kesehatan reproduksi mencakup didalamnya ilmu mengenai kesehatan – kesehatan reproduksi baik laki – laki maupun perempuan. Perlunya dipelajari mengenai kesehatan reproduksi ini sebagai pembelajaran dan pengetahuan penting khususnya bagi para remaja yang mulai memasuki masa – masa pubertas di mana organ - organ intim mulai berkembang dan tumbuh. Sehingga remaja perlu mengetahui dan memahami sejak dini pentingnya kesehatan reproduksi. Agar bisa mencapai alat reproduksi yang bersih dan sehat untuk aset di masa depan nanti.
Kesehatan Reproduksi menurut ICPD Kairo (1994) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
Kesehatan reproduksi dapat dikaitkan dengan perilaku seksual, Perilaku seksual adalah perilaku yang berhubungan dengan fungsi-fungsi reproduksi atau perilaku yang merangsang sensasi dalam reseptor-reseptor yang terletak pada atau disekitar organ-organ reproduksi. Perilaku seksual seseorang juga dapat dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan orang lain, oleh lingkungan dan kultur dimana individu tersebut tunggal. namun saat ini banyak penyimpangan dari perilaku seksual seperti homoseksual dan lesbian karena, homoseksual adalah ketertarikan romantik dan seksual terhadap laki-laki sejenis sedangkan lesbian adalah Suatu label yang diberikan kepada kaum wanita yang mempunyai ketertarikan seksual kepada wanita yang lain.
B.        Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Homo seksual ?
2.      Apa Penyebab terjadinya homoseksual ?
3.      Apa Klasifikasi Homoseksual ?
4.      Apa Jenis – jenis homoseksual berdasarkan orientasi seksual ?
5.      Apa Perilaku seksual kaum homoseksual ?
C.        Tujuan
1.      Umum : Untuk memberikan pengetahuan dan informasi mengenai apa itu Homoseksual dan Lesbian
2.       Khusus : Untuk memberikan pengetahuan dan Informasi mengenai Penyimpangan seksual seperti homoseksual, khususnya terhadap mahasiswa Kesehatan Masyarakat sehingga lebih menekankan terhadap bagaimana pencegahan terhadap infeksi menular seksual akibat karna pnyimpangan perilaku seksual seperti homoseksual.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Homoseksual
Menurut Katchadourian (1989) secara sederhana homoseksual didefinisikan sebagai atraksi atau aktivitas seksual antara sesama jenis. Prefiks “homo” dalam homoseksual berasal dari bahasa Yunani yang artinya “sama” bukan merujuk pada bahasa Latin homo yang berarti “laki-laki”.Dengan demikian homoseksual diartikan sebagai hubungan seksual dengan sesame jenis, bukan hubungan seksual dengan laki-laki. Seseorang dikatakan homoseksual didasarkan pada perilaku, orientasi, identitas atau karena ketiga hal tersebut.Homoseksual dipandang sebagai suatu kesatuan, yaitu klaster perilaku dan karakteristik personal.Aktivitas seksual antar kaum homoseksual biasa disebut dengan sodomy atau buggery yang pada dasarnya merujuk pada anal intercourse. Sebenarnya tidak ada yang secara spesifik dilakukan oleh para homoseksual karena mereka melakukan apa yang dilakukan oleh kelompok heteroseksual, seperti ciuman, sentuhan, pelukan, breast stimulation, fellatio, oral seks, dan anal intercourse, kecuali melakukan vaginal intercourse.
Homoseksualitas merupakan sebuah rasa ketertarikan secara perasaan dalam bentuk kasih sayang, hubungan emosional baik secara erotis atau tidak , dimana ia bisa muncul secara menonjol, ekspresif maupun secara ekslusif yang ditujukan terhadap orang-orang berjenis kelamin sama. Homoseksualitas merupakan salah satu bentuk orientasi seksual yang berbeda, tidak menyimpang serta mempunyai kesejajaran yang sama dengan heteroseksualitas  (Kadir, 2007).  Fehr (1998) dalam Kadir (2007), mencoba mengonsepsikan posisi seksual kaum homoseksual sebagai berikut : “Category membership is therefore an all or none phenomenon, any instances   that meets criterion is a member ; all other are non member. Boundaries between concept are this clearly defined. Because each member must posses the particular set attributes that is the criterion of category inclusin, all member have a full and equal degree of membership and therefore are equally representative of the category”.
Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama. Kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim dan/atau hubungan sexual di antara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri merek sebagai gay atau lesbian. Homoseksualitas, sebagai suatu pengenal, pada umumnya dibandingkan dengan heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Sedangkan Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks (Kertbeny, 1990).Homoseksual dapat mengacu pada : a) orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama, b) perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender, c) identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.
B.     Penyebab Terjadinya Homoseksual
Beberapa teori yang lain menyebutkan, penyebab dari homoseksual adalah:
1.      Psikodinamika
      Charles Socarides (dalam Tobing, 1987, p.54, dalam www.digilib.petra.ac.id) menerangkan adanya 5 tipe penyebab homoseksual, yaitu:
a.       Pre-oedipal, merupakan hasil fiksasi perkembangan pada 0-3 tahun.
b.      Oediphal, timbulnya homoseksual karena kegagalan dalam fase oedipus.
c.       Schizohomoseksuality, schizoprenia dan homoseksualitas yang terdapat pada satu orang.
d.      Situational homosexual,  terjadi karena situasi, misalnya tidak adanya pasangan heteroseksual mengakibatkan seseorang melakukan aktivitas seksual dengan sesama jenis.
e.        Variational homosexual, sebagai variasi dari perilaku seksual seorang heteroseksual.
Sementara itu Alien (1969, p.207) dalam www.digilib.petra.ac.id percaya bahwa homoseksualitas (pada laki-laki) dapat disebabkan oleh empat hal:
a.    Penolakan terhadap ibu
Afeksi terhadap ibu (atau pengganti figur ibu) merupakan jembatan psikologis bagi seorang anak laki-laki untuk memindahkan cinta yang didapat dari figur ibu kepada figur wanita lain. Secara umum seseorang cenderung memindahkan emosi dari orangtua (yang berbeda jenis kelaminnya) kepada pasangannya kelak. Seorang anak yang secara tidak sadar memiliki kebencian kepada ibunya, atau yang tidak pemah  mencintai ibunya, tidak mampu mentransfer afeksi kepada wanita lain karena tidak pernah mengalami dan mempelajarinya.
b.    Kelekatan berlebihan dengan ibu
Merupakan salah satu sisi dari oedipus complex, yang secara umum terbentuk karena penolakan secara "halus" kepada figur ayah. Hal ini dapat terjadi karena figur ayah bagi anak tidak ada, disebabkan sang ayah meninggal sewaktu  anak masih bayi, atau dipaksa oleh keadaan untuk pergi jauh dari keluarganya. Anak laki-laki tidak memiliki contoh untuk pembentukan kepribadiannya, tidak ada sosok maskulin untuk ditiru, sehingga akan mengidentifikasi dirinya dengan ibunya. Mengidentifikasi diri seperti ibu yang seorang wanita, semakin menumbuhkan sisi feminin dan diikuti rasa mampu mencintai sesama laki-laki.
c.    Permusuhan dengan ayah
Permusuhan dengan ayah juga merupakan salah satu sisi dari Oedipus complex.Merupakan hal sangat umum dalam penelitian mengenai homoseksualitas.Banyak ditemukan perilaku homoseksual karena figur ayah adalah seseorang yang destruktif, seperti pecandu minuman keras, brutal dan memperlakukan ibunya dengan buruk.Hal inilah yang membuat seorang anak laki-laki dengan tanpa paksaan memilih mengidentifikasi dirinya dengan figur yang lebih feminin.Pilihan menjadi individu yang lebih feminin sangat dipengamhi oleh faktor-faktor ketidaksadaran individu.
d.   Afeksi berlebihan terhadap ayah yang kurang mampu berperan sebagai ayah
Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga di mana sang ayah tidak mampu berperan sebagai ayah yang baik (tidak mencerminkan sisi maskulin sama sekali), sehingga ditinggalkan istri, dapat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak menjadi seorang homoseksual. Dalam beberapa kasus anak yang dibesarkan dengan figur ayah yang tidak maskulin mungkin saja memperoleh informasi bahwa ibunya/wanita itu kejam, sehingga anak semakin memuja ayahnya.Akibatnya secara tidak sadar anak mentransformasi simbol-simbol obyek seksual wanita menjadi bentuk seksual laki-laki.Payudara ditransformasikan dengan bentuk pantat dan penis, vagina diganti dengan anus dan mulut. Hal inilah yang menyebabkan mengapa homoseksual laki-laki sering melakukan oral sex.
2.         Biologik Hormonal
Ellis pada tahun 1901 menyatakan bahwa ada/tidaknya homoseksualitas adalah keadaan yang didapat seseorang sejak ia lahir, sehingga menjadi homoseksual bukanlah sesuatu yang immoral, bahkan banyak homoseksual yang memberi kontribusi menakjubkan dalam masyarakat (Robinson, 1976 dalam APA n.d. Guidelines for psychoterapy with lesbians, gay and bisexual clients.Facts about homosexuality and mental health). Aktivis gay mengklaim bahwa kelompok ini menjadi homoseksual karena menurut mereka memang "dilahirkan" untuk menjadi homoseksual, sehingga tidak bisa mengubah maupun menghentikan dorongan dan perilaku homoseksualnya. Pada tahun 1992, Isay yang merupakan anggota komite American Psychiatric Association untuk masalah gay, lesbian, dan biseksual, mengemukakan pendapatnya bahwa penyebab homoseksual adalah konstitusional (biologis, telah ada sejak lahir).
Berdasarkan kajian ilmiah, beberapa faktor penyebab orang menjadi homoseksual (dalam Rianti, 2008), dapat dilihat dari :
a.  Susunan Kromosom
Perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom x dari ayah. Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom y dari ayah.Kromosom y adalah penentu seks pria.Jika terdapat kromosom y, sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria.Seperti yang terjadi pada pria penderita sindrom Klinefelter yang memiliki tiga kromosom seks yaitu xxy.Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diantara 700 kelahiran bayi.Misalnya pada pria yang mempunyai kromosom 48xxy.Orang tersebut tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat kelaminnya.
b.  Ketidakseimbangan Hormon
Seorang pria memiliki hormon testoteron, tetapi juga mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu estrogen dan progesteron. Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit. Tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormon esterogen dan progesteron yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita.
c.  Struktur Otak
Struktur otak pada straight females dan straight males serta gay females dan gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straight females, otak antara bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada gay males, struktur otaknya sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay females ini biasa disebut lesbian.
d.  Kelainan Susunan Syaraf
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi prilaku seks heteroseksual maupun homoseksual.Kelainan susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.
3.       Pengaruh Budaya dan Life Style
a.       Pengaruh Budaya
Aktivitas homoseksual lebih sedikit terdapat pada kelompok orang-orang yang sangat memperdulikan agama, sebaliknya aktivitas homoseksual banyak terdapat pada kelompok yang kurang memperdulikan religiusitasnya.Pada tahun 198, Family Research Institute mengadakan penelitian yang menunjukkan hasil bahwa individu yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang religius, memiliki kecenderungan 4 kali lebih besar terlibat aktivitas homoseksual.Penelitian ini menyadarkan bahwa ketika seseorang percaya bahwa homoseksual merupakan hal yang imoral maka mereka cenderung menghindari perilaku tersebut.Faktor budaya merupakan faktor yang sulit dibuktikan keterkaitannya dengan timbulnya perilaku homoseksual pada seseorang, karena budaya masih terbagi dalam banyak bagian yang lebih kecil dan berbeda-beda antara homoseksual satu dengan lainnya (Kinsey, 1998, p.111). Cameron juga menjelaskan bahwa ada 4 faktor kategori terpenting mengenai penyebab homoseksualitas (dalam What Causes Homosexual Desire and Can It Be Change?,n.d.. Family Research Institute, para. 3-6), yaitu:
1)      Pengalaman Homoseksual
Pengalaman homoseksual pada masa kanak-kanak, terutama apabila pengalaman tersebut merupakan pengalaman pertama yang dilakukan  dengan orang dewasa termasuk kontak homoseksual bersama dengan orang dewasa, khususnya dengan saudara. Ini disebabkan oleh pengaruh “jebakan” atau sebaliknya karena “terjebak” dalam pengalaman seksual yang pertama kali. Apabila seorang remaja, yang belum berpengalaman heteroseksual, sudah dihomoi (dipaksa atau diperkosa oleh sejenisnya), ia akan sulit menilai kenikmatan hubungan heteroseksual secara proposional. Pengalaman seksual pertama dengan sejenisnya mendorong emosi erotiknya untuk mengulangi.Kasus Endy dapat menjadi contoh bagaimana pengalaman seksual pertamanya dapat mempengaruhi perilaku seksualnya.Keluguan Endy sebagai remaja dimanfaatkan Hengky yang sudah dianggap sebagai kakaknya.Kasih sayang yang diberikan Hengky dengan sering memberikan ciuman, elusan kepala atau mengusap wajah diartikan Endy sebagai ungkapan rasa sayang seorang kakak.Namun, lama kelamaan Endy mulai sering diajak nonton BF yang menjadikan Endy sering terangsang.Ditengah perasaan yang belum pernah dialami sebelumnya, tiba-tiba Hengky memeluk Endy dan merebahkannya ke ranjang.Seperti orang yang terhipnotis, akhirnya Endy tidak berdaya untuk menolak atau berontak karena sungkan dan rasa hormatnya kepada Hengky yang dianggapnya sebagai kakak.Sejak itu Endy mulai terpengaruh dan sering melakukan hubungan seks dengan Hengky. Hubungan yang terjadi diantara pasangan homoseksual tidak jarang dilatarbelakangi hubungan terstruktur senior yunior, guru murid atau atasan bawahan. Pada hubungan seperti ini orang yang mempunyai posisi sebagai senior atau atasan akan mempunyai power untuk memaksakan kehendak kepada bawahan.
b.    Abnormalitas keluarga
        Termasuk didalamnya ibu yang dominan, posesif atau ibu yang menolak kehadiran individu, ketiadaan figur ayah, jauh atau ayah yang menolak kehadiran individu, orangtua yang memiliki kecenderungan homoseksual, saudara yang memiliki kecenderungan homoseksual, terutama tipe yang menganiaya saudara laki-laki/saudara perempuannya, kurangnya religiusitas dalam lingkungan rumah. perceraian, yang seringkali mencetuskan masalah seksual baik untuk anak-anak maupun untuk orang dewasa, orangtua yang memiliki model peran gender modern. Artinya, adanya pergeseran peran sosial antara pria dan wanita.Misalnya, suami banyak melakukan aktivitas domestik karena isteri bekerja untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Pengakuan homoseksualitas sebagai gaya hidup yang bisa diterima dalam lingkungan keluarga.
c.     Pengalaman seksual yang tidak wajar
        Terutama pada masa kanak-kanak: masturbasi yang berlebihan, pengungkapan pornografi di masa kanak-kanak, bagi anak perempuan, melakukan hubungan seksual dengan laki-laki dewasa.
d.    Pengaruh budaya
        Penerimaan sosial terhadap sub-kultur homoseksual, yang mengundang rasa ingin tahu dan mendorong eksplorasi.Pendidikan seks yang mendukung homoseksualitas dan danya figur berkuasa yang secara terbuka mengakui identitasnya sebagai homoseksual, toleransi sosial dan hukum terhadap tindakan homoseksual, penggambaran homoseksualitas sebagai perilaku yang normal dan/diinginkan.
b.      Life Style
Bila kita lihat gaya hidup masyarakat dunia, khususnya Indonesia, tidak mengherankan bila jumlah kaum homoseksualitas akan terus meningkat tiap tahunnya. Tuntutan karir dan gaya hidup metropolitan telah memaksa para orang tua kehilangan waktu dengan dengan anak-anaknya. Anak-anak pun mulai kehilangan figur bapak dan atau ibu.Efektivitas “waktu keluarga” nampak sangat penting di sini.
C.    Klasifikasi homoseksual
Dalam ilmu psikologi, ada dua macam homoseksual yaitu :
1.   Homoseksual Egosintonik
Adalah seseorang homoseksual yang tidak merasa terganggu oleh orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkan, serta tidak ada desakan , dorongan atau berkeinginan untuk mengubah orientasi seksualnya. Orang-orang homoseksual tipe ini mampu mencapai status pendidikan, pekerjaan dan ekonomi sama tingginya dengan orang-orang yang bukan homoseksual. Wanita homoseks dapat lebih mandiri, fleksibel, dominant, dapat mencukupi kebutuhannya sendiri dan tenang.
Kelompok homsoseks ini tidak mengalami kecemasan dan kesulitan psikologis lebih banyak daripada para heteroseks karena pada hakikatnya mereka menerima dan tidak terganggu secara psikis dengan orientasi seksual mereka sehingga mampu menjalankan fungsi social dan seksualnya secara efektif.
2.   Homoseksual Egodistonik
Homoseks egodistonik adalah homoseks yang mengeluh dan merasa terganggu akibat konflik psikis.Ia senantiasa tidak atau sedikit sekali terangsang oleh lawan jenis dan hal itu menghambatnya untuk memulai dan mempertahankan hubungan heteroseksual yang sebetulnya didambakannya. Secara terus terang ia menyatakan bahwa dorongan homoseksualnya menyebabkan dia merasa tidak disukai, cemas dan sedih. Konflik psikis tersebut menyebabkan perasaan tidak bersalah, kesepian, malu, cemas dan depresi. Karenanya, homoseksual ini dianggap sebagai gangguan psikoseksual.
D.    Jenis – jenis homoseksual berdasarkan orientasi seksual
Menurut Bekert (1898) dalam Kadir (2007), menggolongkan orientasi homoseksual kedalam kajian patologis medis yang disejajarkan dengan berbagai penyakit kejiwaan lainnya seperti gangguan mental dan kegilaan.Kemudian Hirschfeld dan Havelock Ellis mengembangkan teori ini. Dengan semakin berkembangnya analisa patologis maka homoseksual juga masuk dalam klasifikasi gangguan psikoseksual lainnya seperti kegemaran melihat kegiatan seks orang lain (voyeurisme), kesenangan melakukan seks dengan berbagai benda sembari membayangkan wajah sang kekasih atau terobsesi dengan bagian-bagian tertentu orang yang dicintai (kaki, tangan, rambut) atau barangnya (sapu tangan, bikini) (fethisme), nafsu yang berlebihan dalam melakukan hubungan seksual (satyriasis bagi laki-laki dan nymphomania bagi perempuan), hobi dalam menggunnakan pakaian/segala sesuatu yang berkenaan dengan lawan jenis (transvestitisme).
Alfred Kinsey, membagi orientasi seksual secara positifistik, sebagai berikut :
nilai
Pernyataan
0
Heteroseksual ekslusif
1
Heteroseksual lebih menonjol (predominan), homoseksualnya Cuma kadang-kadang
2
Heteroseksual predominan, homoseksual lebih dari kadang-kadang
3
Heteroseksual dan homoseksual seimbang
4
Homoseksual predominan, heteroseksual lebih dari kadang-kadang
5
Homoseksual predominan, heteroseksual cuma kadang-kadang
6
Homoseksual ekslusif
Dari skala tersebut dapat terbaca bahwa angka 0 mewakili heteroseksualitas, sedangkan angka 6 mewakili homoseksualitas secara ekslusif.Pada angka 1 menggambarkan orientasi heteroseksualitas yang lebih dominant, dimana kecendrungan homoseksualhanya timbul secara kadang-kadang dan jarang.Sedangkan angka 5 menggambarkan orientasi homoseksualitas yang lebih dominant, dan kecendrungan heteroseksual hanya timbuk secara kadang-kadang dan jarang. Angka 3 menggambarkan tarik menarik antara homoseksualitas dan heteroseksualitas yang sama-sama kuat dan dominan. Dengan kata lain jenis ini termasuk pada tataran biseksual.
Secara defenitif jika melihat pada dialektika antar hetero-homoseks, maka perilaku kaum homoseks dapat dibagi ke dalam tujuh bagian, yakni :
a.      Pertama, murni heteroseksual
b.       Kedua, lebih dominant heteroseksual, namun sekali waktu terdorong melakukan tindakan homoseksual, hal ini tampak pada perilaku seksual sejenis di penjara, dan beberapa kondektur bus atau sopir truk di jalur Pantura yang melakukan oral seks atau hubungan anal dengan waria ketika uang mereka mulai menipis (harga kencan dengan waria terkadang setengah atau lebih murah dari harga PSK perempuan). Pola serta aktivitas homoseksual ini lebih bersifat situasional tergantung ruang dan waktu.
c.       Ketiga, lebih dominant heteroseksual, namun juga sering melakukan tindakan homoseksual.
d.      Empat, perilaku heteroseksual dan homoseksual seimbang. Ketertarikan yang seimbang ini biasa disebut juga sebagai biseksual, istilah ini merupakan rujukan keadaan perilaku psikoseksual yang menempatkan dua jenis kelamin sebagai objek seksual dalam ambivalensi yang seolah seimbang. Pelaku biseksual dapat mengalami perangsangan erotik baik dari laki-laki maupun perempuan, sehingga kaum biseksualdapat melakukan hubungan intim dengan pasangan laki-laki atau perempuan.
e.       lima, lebih dominant homoseksual, namun juga sering kearah heteroseksual.
f.       Enam, lebih dominan homoseksual, sekali waktu heteroseksual.
g.      Tujuh, murni homoseksual
Idealnya identitas seksual kita selaras dengan orientasi dan perilaku seksual kita.Tahap-tahap pembentukan identitas memberi kerangka untuk membantu pemahaman. Orang akan berkembang melalui tahap-tahap ini pada waktu yang berbeda-beda. Sebagian akan tetap pada tahap tertentu, sementara yang lain akan kembali ke tahap-tahap sebelumnya.
Menurut Sigit (2007), seorang homoseks mempunyai tahap-tahap perkembangan identitas, yaitu :
a.       Kebingungan Identitas
Membuka diri bermula ketika individu menjadi sadar bahwa pikiran, perasaan dan perilakunya bertentangan dengan cara bagaimana ia diajarkan untuk memandang dirinya (sebagai heteroseks). Perasaannya yang baru dapat disebut homoseks atau biseks.Dia mulai memandang homoseksualitasnya relevan secara pribadi.Karena perasaanya bertentangan dengan identitas yang dibayangkan sebelumnya, dia akan mengalami keresahan dan kebingungan. “Siapa diriku”. Merasa dikucilkan dan meragukan diri sendiri. Apabila ia mulai menerima perasaan baru pada dirinya, maka ia akan mencari informasi. Namun bila tidak identitas negatif atau penuh benci diri mulai berkembang.
b.      Perbandingan Identitas
Sembari mulai menerima homoseksualitasnya, individu ini menyadari perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Dia akan merasa hilang dan kesepian sementara semua harapannya tentang perilaku dan masa depan. Muncul pertanyaan “masuk kemana aku ini”.Seringkali homoseks disamakan dengan seks yang menyimpang, penyakit kejiwaan dan lain-lain.Oleh karenanya mereka mulai berpikir soal bergaul dengan orang-orang homoseks lainnya.
c.       Toleransi Identitas
Penerimaan individu terhadap homoseksualitasnya yang membawa dua konsekuensi :
1)      Kebingungan dan keresahan berkurang, sehingga ia dapat mengakui keperluan social, seksual dan emosinya.
2)      Perbedaan antara bagaimana ia memandang dirinya dan bagaimana orang lain memandang dirinya bertambah.
3)      Penerimaan Identitas
Individu dapat memandang dirinya sebagai homoseksual secara positif.Pergaulan dengan orang-orang homoseks memberinya kesempatan untuk mengembangkan kelompok/partner namun identitas diri sebagai homoseks belum diketahui umum.Hubungan dengan keluarga dapat menjadi jelas sementara individu kian yakin akan identitasnya.
4)      Kebanggaan Identitas
Adanya pertentangan antara komitmen pada dirinya sendiri serta orang-orang homoseks lainnya dengan penolakan masyarakat terhadap homoseksualitas.Hal ini dapat mengakibatkan suatu perasaan kebanggaan.Dia dapat mengembangkan suatu komitmen yang kuat terhadap budaya dan komonitas homoseks serta suatu amarah terhadap penolakan masyarakat.
5)       Sintesis Identitas
Pergaulan homoseks menjadi lebih luas dan terbuka ke masyarakat. Pada tahap ini identitas menjadi terintegrasi dengan semua aspek dirinya yang lain. Homoseks dianggap bukanlah suatu persoalan dalam hal bagaimana ia melanjutkan hidupnya.
E.     Perilaku seksual kaum homoseksual
1.   Kebutuhan Seksual Kaum Homoseksual
Seks dalam arti yang luas merupakan energi psikis yang turut mendorong manusia untuk bertingkah laku dalam relasi seksual maupun aktivitas non seksual.Akibatnya, seks menjadi sebuah mekanisme bagi manusia agar mampu mendapatkan keturunan.Bagi seorang homoseks, dorongan seks yang sifatnya erotik dipuaskan melalui hubungan seks dengan relasi sejenisnya. Bagi yang memiliki pasangan tetap, kebutuhan seksual dapat dilakukan kapanpun tanpa melalui proses mencari pasangan kencan atau transaksi. Sebaliknya, kaum homoseks yang belum mempunyai pasagan tetap untuk memenuhi kebutuhan seksualnya harus melalui proses pencarian terlebih dahulu, padahal kebutuhan seksualnya bisa muncul secara tiba-tiba.
Seperti layaknya manusia normal, secara batiniah kepuasan seksual tidak selamanya dilakukan dengan hubungan seks.Lebih dari itu, rasa sayang, rasa mencintai, rasa aman, dan rasa sependeritaan merupakan hal yang juga harus dipuaskan.Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan jika mereka mempunyai pasangan hidup.Bagi kaum homoseks pasangan hidup yang diperoleh bisa dua macam, yaitu pasangan hidup yang memang sudah gay, atau pasangan hidup yang awalnya adalah lelaki normal.
Laki-laki yang homoseksual mempunyai peran yang berbeda dalam kegiatan seksualnya, yaitu : 1) Laki-laki yang senantiasa berlaku memasukkan (insertif) penis nya ke dalam anal pasangan seksnya, 2) Laki-laki yang senantiasa berlaku menerima pemasukan (reseptif) penis pasangannya ke dalam anusnya, 3) Laki-laki yang tidak melakukan anal seks tetapi saling melakukan oral seks dan masturbasi (timbal balik melakukan seks oral dan masturbasi, dan 4) Laki-laki yang melakukan peran dan kegiatan berbeda pada masa yang berbeda dalam hidupnya.
2.         Bentuk Perilaku Seks Aman Kaum Homoseksual
Untuk menciptakan perilaku seks yang aman, cara yang dipilih oleh komunitas homoseksual di Surabaya adalah :
a.  Mengurangi jumlah pasangan
Meminimalkan jumlah pasangan dan jeli dalam memilih pasangan merupakan cara-cara yang ditempuh kaum homoseks untuk mengurangi risiko tertular PMS.
b.  Menghindari melakukan hubungan anal seks
Aktivitas seksual yang dilakukan, terutama terhadap pasangan yang baru dikenal, berkisar pada ciuman basah, merancap dan oral seks.Bentuk-bentuk aktivitas seksual seperti itu dianggap cukup aman untuk mereka.Anal seks hanya dilakukan dengan pasangan tetap atau dengan pasangan yang sudah berhubungan cukup mendalam dan mantap.
c.   Memakai kondom
Ada sebagian kaum homoseks yang sangat berhati-hati. Meski dorongan seksnya sudah menggebu-gebu, bila tidak ada kondom, ia tidak berani melakukannya. Kebiasaan yang dilakukan homoseks, ia tidak akan puas hanya dengan saling mencumbu, merancap atau oral seks. Ia baru akan terpuaskan apabila melakukan anal seks, namun bentuk ini cukup berbahaya, terutama jika dilakukan bukan dengan pasangan tetapnya.
d.   Sumber Informasi Perilaku Seks Aman
Informasi yang berkaitan dengan seksualitas dikalangan kaum homoseksual umumnya diperoleh dari teman. Hal ini wajar mengingat dorongan seksual muncul pada kurun usia reproduktif, yang pada usia tersebut seseorang lebih terikat pada kelompoknya daripada keluarganya.
A.    kesimpulan
           Homoseksualitas merupakan sebuah rasa ketertarikan secara perasaan dalam bentuk kasih sayang, hubungan emosional baik secara erotis atau tidak, dimana ia bisa muncul secara menonjol, ekspresif maupun secara ekslusif yang ditujukan terhadap orang-orang berjenis kelamin sama.
B.     Saran
Muda-mudahan dalam penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Dan dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak kesalahan dan kekeliruan, maka dari itu kami selaku penulis mohon saran dan masukanya, karena dengan saran dan masukan itu akan menjadikan penulisan makalah selanjutnya akan semakin baik dan sesuai dengan EYD yang diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimi, M.Y., (2004), Dekonstruksi Sensualitas PosKolonial dari Wacana Bangsa Hingga Wacana Agama, Penerbit LKIS, Yogyakarta.
Feray, Jean-Claude, Herzer, Manfred.,  (1990), Homosexual Studies and Politics in the 19th Century: Karl Maria Kertbeny, Journal of Homosexuality dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas.
Handoyo, H, (2007), Gay Pride: Homoseksual Dipicu Lingkungan dan Gaya Hidup, http://netsains.com/2007/07/gay-pride-homoseksual-dipicu-lingkungan-dan-gaya-hidup/
Kadir, A.H., (2007), Tangan Kuasa Dalam Kelamin ; Telaah Homoseks, Pekerja Seks dan Seks Bebas di Indonesia, INSISTPress, Yogyakarta.
Puspitosari, H., Pujileksono, S., (2005), WARIA dan Tekanan Sosial, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang.
Rianti, D., (2007), Homoseksual Tinjauan Dari Perspektif Ilmiah, http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/homoseksual_tinjauan_dari_perspektif_ilmiah/
Sigit, S., (2007), Homologi, Penerbit GAYa NUSANTARA; Surabaya.
Oetomo, D. (2001), Memberi Suara Pada Yang Bisu, Galang Press; Yogyakarta.
klik disini untuk melihat pawerpoin 
http://www.4shared.com/file/LHKWfsWSce/HOMOSEKSUAL.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar