BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Anemia (dalam bahasa Yunani: ἀναιμία
anaimia, artinya kekurangan darah, from ἀν- an-, "tidak ada" + αἷμα
haima, "darah" ) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
anemia adalah
penyakit darah yang sering ditemukan. beberapa anemia memiliki penyakit
dasarnya. anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah
merah, etiologi yang
mendasari, dan penampakan klinis. penyebab anemia yang paling sering
adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau
kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif). Seorang pasien
dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya
kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki,
dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada
perempuan.
Bila anemia
terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlah yang sangat
rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala- gejala tersebut berupa : Asimtomatik :
terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama,Letargi,Nafas pendek
atau sesak, terutama saat beraktfitas,Kepala terasa ringan,palpitasi. Sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus
diperhatikan saat pemeriksaan yaitu : Pucat pada
membrane mukosa, yaitu mulut, konjungtiva, kuku, Sirkulasi hiperdinamik, seperti takikardi, pulse yang menghilang, aliran murmur
sistolik, Gagal jantung,
Perdarahan retina.
Tanda-tanda
spesifik pada pasien anemia diantaranya : glossitis , stomatitis angular , jaundis (kekuningan),splenomegali : akibat hemolisis, dan anemia
megaloblastik,ulserasi di
kaki : terjadi pada anemia sickle cell,deformitas
tulang : terjadi pada talasemia,neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal, merupakan
efek dari defisiensi vitamin
b12,garing biru
pada gusi (burton’s line), ensefalopati, dan neuropati
motorik perifer sering terlihat pada pasien yang keracunan metal.
iii
B. Rumusan Masalah
a)
Apa pengertian Anemia Dan Anti Anemia ……?
b)
Bagaimana
Manifestasi klinik Anti Anemia ………?
c)
Bagaiamana
Etiologi Anti Anemia ………………?
d)
Bagaimana Diagnosis (Gejala Atau Tanda-Tanda) ………?
e)
Bagaiamana
Klasifikasi anemia…?
f)
Bagaiamana Macam-Macam Obat Anti Anemi…?
C. Tujuan penulisan
a)
Untuk mengetahui pengertian Anemia Dan Anti Anemia.
b)
Untuk mengetahui Manifestasi klinik Anti
Anemia.
c)
Untuk mengetahui Etiologi Anti
Anemia.
d)
Untuk mengetahui Diagnosis (Gejala Atau Tanda-Tanda).
e)
Untuk mengetahui Klasifikasi anemia.
f)
Untuk mengetahui Macam-Macam Obat Anti Anemia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anemia
Dan Anti Anemia
Menurut definisi, anemia adalah
pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel
darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu
diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang
diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta asi didukung
oleh pemeriksaan laboratorium.
Anti anemia merupakan suatu senyawa
baik sintesis maupun alamiah yang bekerja untuk meningkatkan pasokan oksigen
dalam darah baik dengan meningkatkan volume plasma darah ataupun dengan
meningkatkan proses pembentukan SDM.
B. Manifestasi
Klinik
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka
dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung
pada:
(1) kecepatan timbulnya anemia
(2) umur individu
(3) mekanisme kompensasinya
(4) tingkat aktivitasnya
(5) keadaan penyakit yang mendasari, dan
(6) parahnya anemia tersebut.
Karena jumlah efektif sel darah
merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan
darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi
sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah
merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan
mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri dan biasanya penderita
asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.
Mekanisme kompensasi bekerja
melalui:
1. peningkatan curah jantung dan
pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel
darah merah
2. meningkatkan pelepasan O2 oleh
hemoglobin
3. mengembangkan volume plasma dengan
menarik cairan dari sela-sela jaringan, dan
4. redistribusi aliran darah ke
organ-organ vital (deGruchy, 1978 ).
C. Etiologi
1. Karena cacat sel darah merah (SDM)
Sel darah merah
mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap komponen ini bila
mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi SDM sendiri,
sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat
mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami SDM
menyangkut senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini
menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA.
2. Karena kekurangan zat gizi
Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan
oleh faktor luar tubuh yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena
kelainan dalam SDM disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel
tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah
hanya memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur yang seharusnya,
mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang terjadi.
3. Karena perdarahan
Kehilangan
darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam
darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu
singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena
kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala
usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan
jumlah darah ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.
4. Karena otoimun
Dalam keadaan
tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan bagian-bagian
tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya
terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap SDM, umur SDM
akan memendek karena dengan cepat dihancurkan oleh sistem imun.
D. Diagnosis (Gejala
Atau Tanda-Tanda)
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia
adalah:
1. kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah
2. sakit kepala, dan mudah marah
3. tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi
4. pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti
sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.
Karena faktor-faktor seperti
pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi
warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat
diandalkanWarna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta
konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
Takikardia dan bising jantung (suara
yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban
kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada
penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia
miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab
otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban
kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan
cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi
berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus
(telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan
saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang
umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah
anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan
mulut).
E. Klasifikasi
Anemia
Anemia dapat diidentifikasikan menurut morfologi sel darah
merah serta indeks-indeksnya dan menurut etiologinya. Pada klasifikasi anemia
menurut morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya terbagi menjadi :
a. Menurut
ukuran sel darah merah
Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal), anemia
mikrositik (ukuran sel darah merah kecil) dan anemia makrositik (ukuran sel
darah merah besar).
b. Menurut
kandungan dan warna hemoglobin
Anemia normokromik (warna hemoglobin normal), anemia
hipokromik (kandungan dan warna hemoglobin menurun) dan anemia hiperkromik
(kandungan dan warna hemoglobin meningkat).
v Anemia Normositik
Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta
mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita
anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit
kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum,
dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
v Anemia Makrositik Normokrom.
Makrositik berarti ukuran sel-sel
darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi
hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya
sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau
asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang
digunakan mengganggu metabolisme sel.
v Anemia Mikrositik Hipokrom.
Mikrositik berarti kecil, hipokrom
berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal. Hal ini
umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia
defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau
gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal
kongenital).
Menurut Brunner dan Suddart (2001),
klasifikasi anemia menurut etiologinya secara garis besar adalah berdasarkan
defek produksi sel darah merah (anemia hipoproliferatifa) dan destruksi sel
darah merah (anemia hemolitika).
a. Anemia Hipoproliferatifa
Sel darah merah biasanya bertahan
dalam jangka waktu yang normal, tetapi sumsum tulang tidak mampu menghasilkan
jumlah sel yang adekuat jadi jumlah retikulositnya menurun. Keadaan ini mungkin
disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang akibat obat dan zat kimia atau mungkin
karena kekurangan hemopoetin, besi, vitamin B12 atau asam folat. Anemia hipoproliferatifa
ditemukan pada :
1) Anemia aplastik
Pada anemia aplastik, lemak menggantikan sumsum tulang,
sehingga menyebabkan pengurangan sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
Anemia aplastik sifatnya kongenital dan idiopatik.
Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang
dilindungi (ruangan dengan aliran udara yang mendatar atau tempat yang nyaman)
dan higiene yang baik. Pada pendarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi
komponen darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah, granulosit dan trombosit
dan antibiotik. Agen-agen perangsang sumsum tulang seperti androgen diduga
menimbulkan eritropoiesis, tetapi efisiensinya tidak menentu. Penderita anemia
aplastik kronik dipertahankan pada hemoglobin (Hb) antara 8 dan 9 g dengan
tranfusi darah yang periodik.
2) Anemia pada penyakit ginjal
Secara umum terjadi pada klien dengan
nitrogen urea darah yang lebih dari 10 mg/dl. Hematokrit menurun sampai 20
sampai 30 %. Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah maupun defisiensi eritropoetin.
3) Anemia pada penyakit kronik
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang
berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Apabila disertai dengan penurunan kadar besi
dalam serum atau saturasi transferin, anemia akan berbentuk hipokrom
mikrositik. Kelainan ini meliputi arthritis reumatoid, abses paru,
osteomielitis, tuberkulosis dan berbagai keganasan.
4) Anemia defisiensi-besi
Anemia
defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik
hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis hemoglobin. Anemia
defisiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah
tingkat normal dan merupakan sebab anemia tersering pada setiap negara. Dalam
keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 3 - 5 gram besi,
tergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya.
Penyebab
tersering dari anemia defisiensi besi adalah perdarahan pada penyakit tertentu
(misalnya : ulkus, gastritis, tumor pada saluran pencernaan), malabsorbsi dan
pada wanita premenopause (menorhagia). Menurut Pagana (1995), pada anemia
defisiensi besi, volume corpuscular rata-rata(Mean Corpuscular Volume atau
MCV), microcytic Red Blood Cells dan hemoglobin corpuscular rata-rata (Mean
Corpuscular Haemoglobine atau MCH) menurun.
Pengobatan
defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia.
Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat perdarahan aktif yang
diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan dan hemoroid; perubahan diet mungkin
diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau individu dengan
idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis besar.
5) Anemia megaloblastik
Anemia
yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Terjadi penurunan
volume corpIuscular rata-rata dan mikrositik sel darah merah. Anemia
megaloblastik karena defisiensi vitamin B12 disebut anemia pernisiosa. Tidak
adanya faktor instrinsik pada sel mukosa lambung yang mencegah ileum dalam
penyerapan vitamin B12 sehingga vitamin B12 yang diberikan melalui oral tidak
dapat diabsorpsi oleh tubuh sedangkan yang kita tahu vitamin B12 sangat penting
untuk sintesadeoxyribonucle ic acid (DNA).
Anemia
megaloblastik karena defisiensi asam folat, biasa terjadi pada klien yang
jarang makan sayur-mayur, buah mentah, masukan makanan yang rendah vitamin,
peminum alkohol atau penderita malnutrisi kronis. Anemia megaloblastik sering kali terlihat
pada orang tua dengan malnutrisi, pecandu alkohol atau pada remaja dan pada
kehamilan dimana terjadi peningkatan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fetus
dan laktasi. Kebutuhan ini juga meningkat pada anemia hemolitik, keganasan dan
hipertiroidisme. Pengobatan anemia megaloblastik bergantung pada identifikasi
dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini adalah memperbaiki defisiensi
diet dan terapi pengganti dengan asam folat atau dengan vitamin B12.
b.
Anemia
Hemolitika
Pada anemia ini, eritrosit memiliki
rentang usia yang memendek. Sumsum tulang biasanya mampu berkompensasi sebagian
dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibandingkan
kecepatan normal. Ada dua macam anemia hemolitika, yaitu
1) Anemia hemolitika turunan
(Sferositosis turunan) Merupakan suatu anemia hemolitika dengan sel darah merah
kecil dan splenomegali.
2) Anemia sel sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika
berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan
nyeri. Anemia sel sabit adalah kerusakan genetik dan merupakan anemia hemolitik
herediter resesif. Anemia sel sabit dikarenakan oklusi vaskuler dalam kapiler
yang disebabkan oleh Red Blood Cells Sickled(RBCs) dan kerusakan sel darah
merah yang cepat (hemolisis). Sel-sel
yang berisi molekul hemoglobin yang tidak sempurna menjadi cacat kaku dan berbentuk
bulan sabit ketika bersirkulasi melalui vena. Sel-sel tersebut macet di
pembuluh darah kecil dan memperlambat sirkulasi darah ke organ-organ tubuh.
RBCs berbentuk bulan sabit hanya hidup selama 15-21 hari. Dari berbagai
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Anti anemia adalah suatu senyawa
baik sintesis maupun alamiah yang bekerja untuk meningkatkan pasokan oksigen
dalam darah baik dengan meningkatkan volume plasma darah ataupun dengan
meningkatkan proses pembentukan SDM.
F. Macam-Macam
Obat Anti Anemia
Seperti halnya
penyakit lain, pengobatan anemia juga harus ditujukan pada penyebab terjadinya
anemia. Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan pada usus maka
perdarahan itu harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya anemia. Jika
memang diperlukan, operasi dapat dilakukan pada keadaan tertentu.
Suplemen besi
diperlukan pada anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi.
Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi anemia pernisiosa.
Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia yang disebabkan oleh perdarahan
hebat.
Adapun beberapa
obat anemia, diantaranya :
1. Tablet
Besi ( Fe )
Zat besi merupakan mineral yang di
perlukan oleh semua sistem biologi di dalam tubuh. Besi merupakan unsur
esensial untuk sintesis hemoglobin, sintesis katekolamin, produksi panas dan
sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang di perlukan untuk produksi adenosin
trifosfat yang terlibat dalam respirasi sel. Besi di butuhkan untuk produksi
hemoglobin ( hb ), sehingga defisiensi fe akan menyebabkan terbentuknya sel
darah merah yang lebih kecil dengan kandungan hb yang rendah dan menimbulkan
anemia hipokronik mikrositik.
2. Vitamin B12 (Sianokobalamin)
anemia megaloblastik, pasca
pembedahan lambung total dan pemotongan usus, defisiensi vitamin B12.
3. Asam Folat
Asam folat ( asam pteroilmonoglutamat, pmGA ) terdiri atas
bagian-bagian pteridin, asam paraaminobenzoat dan asam glutamat. Dari
penelitian Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar
tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan
pengolahan ( pemasakan ) makanan.
OBAT LAIN
v Riboflavin
Berfungsi sebagai koenzim dalam
metabolisme flavo-protein dalam pernafasan sel. Sehubungan dengan anemia,
ternyata riboflavin dapat memperbaiki anemia normokromik-normo-sitik. Anemia defisiensi
riboflavin banyak terdapat pada malnutrisi protein-kalori, dimana ternyata
faktor defisiensi Fe dan penyakit infeksi memegang peranan pula. Dosis yang
digunakan cukup 10 mg sehari per oral atau IM.
v Piridoksin
Vitamin B6 ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang
merangsang pertumbuhan Heme. Defesiensi piridoksin akan menimbulkan anemia
mikrositik hipokromok.pada sebagian besar pasien akan terjadi anemia
normoblastik sideroakrestik dengan jumlah Fe non hemoglobin yang banyak dalam
precursor eritrosit, dan pada beberapa pasien terdapat anemia
Megaloblastik.Pada keadaan ini arbsorbsi Fe meningkat, Fe-binding protein
menjadi jenuh dan terjadi hiperperemia, sedangkan daya rergenerasi darah
menurun.Akhirnya akan didapatkan gejala hemosiderosis.
v Kobal
Kobal dapat meningkatkan jumlah hemotokrit, hemoglobin dan
eritrosit pada beberepa pasien dengan anemia refrakter, seperti yang terdapat
pada pasien talasimea, infeksi kronik atau penyakit ginjal,tetapi mekanisme
yang pasti tidak diketaui. Kobal merangsang pembentukan eritropoietin yang
berguna untuk meningkatkan pengambilan Fe dalam sumsum tulang, tetapi ternyata
pada pasien anemia refrakter kadar eritropoietin sudah tinggi.Penyelidikan lain
mendapatkan bahwa Kobal menyebabkan Hipoksia intrasel sehingga dapat merangsang
pembentukan eritrosit.Sebaliknya, Kobal dalam dosis besar justru menekan
pembentukan eritrosit.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut definisi, anemia adalah
pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel
darah merah (hematokrit) per 100 ml darah.
Anti anemia merupakan suatu senyawa
baik sintesis maupun alamiah yang bekerja untuk meningkatkan pasokan oksigen
dalam darah baik dengan meningkatkan volume plasma darah ataupun dengan
meningkatkan proses pembentukan SDM.
Pada anemia, karena semua sistem
organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas.
Manifestasi ini bergantung pada: kecepatan timbulnya anemia, umur
individu,mekanisme kompensasinya,tingkat aktivitasnya,keadaan penyakit yang
mendasari, dan parahnya anemia tersebut.
Seperti halnya penyakit lain,
pengobatan anemia juga harus ditujukan pada penyebab terjadinya anemia.
Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan pada usus maka perdarahan itu
harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya anemia. Jika memang diperlukan,
operasi dapat dilakukan pada keadaan tertentu.Suplemen besi diperlukan pada
anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi. Pemberian suntikan
vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi anemia pernisiosa. Transfusi darah
merupakan pilihan untuk anemia yang disebabkan oleh perdarahan hebat.
B.
Saran
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari Kesempurnaan, Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
klik di bawah ini untuk PPT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar